DIA Setia: Menanti dengan Tak Bercacat
Dipublikasikan pada 17 Desember 2023
4 min baca

Bacaan: 1 Tesalonika 5:16-24

Natal sudah semakin dekat. Kita sudah tiba di Minggu Adven ketiga. Maka masa penantian akan hari Natal pun akan segera berakhir. Bersamaan itu, masa penantian kita akan kedatangan-Nya kembali pada akhir zaman pun kian mendekat. Itulah mengapa Minggu Adven ketiga disebut sebagai Minggu Sukacita (Gaudete). Betapa kita tidak bersukacita bila yang kita nanti-nantikan adalah DIA yang Setia! DIA tak pernah ingkar janji. Bila DIA berkata bahwa DIA akan datang, maka DIA datang. Bila Dia berkata akan menyertai, DIA menyertai kita di sepanjang usia. Bila DIA berkata akan datang kembali, suatu saat DIA pasti akan datang kembali. Siapa saja yang mengenal DIA dan kasih setia-Nya tentu merindukan dan menanti-nantikan DIA.

Jemaat di Tesalonika juga sangat merindukan dan menanti-nantikan kedatangan Tuhan Yesus kembali. Mereka berharap bahwa kedatangan-Nya kembali itu terjadi pada masa hidup mereka. Rasul Paulus tentu bergembira akan hal ini. Namun, sekaligus juga menyadari bahwa saat umat Tuhan menanti akan selalu saja hadir pengganggu. Nabi-nabi palsu siap mengintai umat Tuhan yang lengah dan mengalihkan keterarahan hati umat dari Tuhan. Realita ini membuat Rasul Paulus memberikan nasihat-nasihat agar umat dapat menanti dengan tak bercacat. Nasihat itu tersampaikan dalam 1 Tesalonika 5:16-24 demikian:

Pertama, memelihara spiritualitas umat. Paulus meminta agar umat menjaga Spiritualitas-nya dengan bersukacita senantiasa, tetap berdoa, dan mengucap syukur dalam segala hal. Bersukacita yang dimaksud Paulus di sini jelas bukan karena keadaan ataupun kejadian-kejadian disekitar umat. Sukacita yang dimaksud Paulus bersumber dari keterarahan hati umat kepada Tuhan. Paulus meyakini, seorang yang mengarahkan hati kepada Tuhan dalam setiap kata dan karyanya akan mengalami sukacita. Apapun keadaan yang dialaminya, ia akan bersukacita. Paulus memberikan nasihat ini karena ia pun sudah pernah mengalami. Paulus sendiri pernah mengalami penderitaan yang ia tanggung karena Yesus Kristus dalam 2:14. Penderitaan dan pergumulan memang dapat menghadirkan keputus asaan. Tetapi dengan bersukacita, berdoa, dan mengucap syukur dalam segala keadaan, Paulus dapat tetap bersukacita dan bersyukur di dalam Tuhan.

Kedua, menyadari pentingnya pekerjaan Roh Kudus. Paulus menasihati agar umat tidak memadamkan Roh dengan maksud agar umat menghargai dan menghormati hadirnya Roh Kudus dalam diri dan hidup umat Tuhan. Sebab, melalui pertolongan Roh Kudus sajalah umat dapat membangun spiritualitasnya dan membangun persekutuan umat Tuhan.

Ketiga, beriman secara kritis. Dalam ayat 21 dan 22, Paulus menasihatkan agar umat menggunakan akal sehat ketika berhadapan dengan nubuat-nubuat dan pengajaran-pengajaran di sekitar mereka. Sebab banyak pengajaran yang tampaknya menarik dan disukai umat, namun sejatinya menyesatkan. Dengan mengujinya, umat dapat memegang yang baik dan menjauhi yang jahat.

Selain menasihati Paulus juga mendoakan agar umat dikuduskan. Sebab menjadi tak bercela itu dimulai dari anugerah Tuhan, bukan dari usaha manusia. Anugerah Tuhan-lah yang memungkinkan umat mengusahakan hidup yang bertanggung jawab dalam segala keadaan.

Kiranya kita senantiasa hidup menanti-nantikan Tuhan yang Setia. Kiranya kita juga hidup dalam kesetiaan pada DIA sehingga dapat menantikan DIA dengan tak bercacat.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
13 Orang Membaca