DIKASIHI DAN BERKENAN KEPADA ALLAH
Dipublikasikan pada 07 Januari 2024
4 min baca

Bacaan: Markus 1: 9-11; 1 Tesalonika 5: 18

Lalu terdengarlah suara dari surga, “Engkaulah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan” (ay.11). Suara dari surga, wow!, siapa yang tidak ingin mendengarnya? ”Kasih dari surga memenuhi tempat ini, kasih dari Bapa Surgawi, kasih dari Yesus mengalir di hatiku membuat damai di hidupku”. Sebait lagu “Kasih dari Surga” menggambarkan keindahan suara surgawi. Sebab itu, setiap kita pasti mendambakan untuk mendengar suara surga.

Markus menegaskan bahwa suara dari surga itu berisi tentang dua pernyataan surgawi, yaitu bahwa Yesus adalah Anak Allah yang terkasih dan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang berkenan kepada Allah. Yesus adalah pernyataan kasih Allah. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yo.3:16). Allah telah memberikan Yesus sebagai persembahan kasih-Nya bagi dunia yang dikasihi-Nya.

Deus caritas est. Allah adalah kasih. Karena hakikatnya demikian, maka tindakan-Nya mengasihi manusia adalah kepastian. Perwujudan kasih Allah dalam sejarah keselamatan manusia adalah inkarnasi. Allah menubuh atau mewujud menjadi manusia dalam diri Yesus, yang dilahirkan oleh perawan Maria di Betlehem. Peristiwa inkarnasi ini menjadi titik awal dimulainya babak baru keselamatan bagi manusia. Karya keselamatan ini terjadi di dalam dan melalui Yesus yang hadir sebagai Anak yang terkasih dan berkenan kepada Allah dengan cara mempersembahkan diri-Nya demi keselamatan manusia.

Dengan demikian, dalam konteks alur pernyataan kasih Allah kepada manusia, peristiwa pembaptisan Yesus yang memperdengarkan suara surgawi tersebut memberikan pesan tegas mengenai tanda kasih Allah kepada manusia. Kental sekali muatan dan pesan kasih dalam hal ini. Ini merupakan pernyataan kasih Allah yang agung kepada manusia. Merujuk pada kedalaman kasih Allah di dalam Yesus ini, kita dipanggil untuk menjalani hidup dan mewujudkan diri sebagai anak yang terkasih dan berkenan kepada Allah. Sama seperti Yesus yang telah menjadi contoh dalam hal ini. Sama juga dengan para saksi kisah Natal yang baru kita rayakan. Maria, Yusuf, para gembala, dan orang-orang Majus adalah mereka yang berada dalam alur gerak hidup yang menerjemahkan persembahan diri dalam model menjadi anak yang terkasih dan berkenan kepada Allah. Mereka mengambil bagian dalam rencana illahi penyelamatan. Mereka dikasihi Allah, dan dengan itu, mereka membalas kasih Allah dengan membawa Sang Kasih dari surga kepada dunia.

Bagaimana dengan kita? Jadilah jemaat terkasih dan berkenan kepada Tuhan! Bawalah Sang Kasih kepada dunia, dan bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! God is good. Allah itu baik. Dalam arus kasih Allah, kita dipanggil untuk menjadi anak-anak terkasih yang berkenan kepada Allah dengan cara mempersembahkan tubuh dan semua yang melekat pada tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. “Ucapkanlah syukur dalam segala hal. Sebab, itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tes. 5:18). Hidup yang bersyukur, hati yang bersyukur, kehidupan yang senantiasa sanggup mengekspresikan rasa syukur dalam segala perkara adalah bukti nyata dari setiap kita yang dikasihi dan berkenan kepada Allah.

Amin.

*Pdt. Setyahadi

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
16 Orang Membaca