DI DALAM TERANG, TETAPI TETAP MEMBENCI?
Dipublikasikan pada 10 Februari 2023
2 min baca

Bacaan: 1 Yohanes 2:7-17

Barangsiapa berkata, bahwa ia berada dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia di dalam kegelapan .... (1Yoh. 2:9)

Dualisme gelap dan terang menganalogikan hidup pola lama dan baru. Penulis Surat Yohanes menggunakan dualisme untuk menunjukkan sikap terhadap firman. Sikap adalah perbuatan berdasarkan pendirian atau keyakinan. Penulis surat membedakan kedua sikap secara gamblang. Sikap mengasihi berarti berada di dalam terang. Sebaliknya, sikap membenci berarti berada di dalam gelap. Sikap seseorang terhadap sesamanyalah yang menempatkannya di dalam terang atau di dalam gelap, bukan berdasarkan suatu teori atau menghafal sejumlah ayat. Sikap, sebagai perbuatan seseorang terhadap orang lain, tak dapat menutupi pendirian di dalam batin seseorang.

Kita dapat tertarik hidup di dalam terang setelah membaca dan memahami firman. Ini mudah. Namun, pola hidup di dalam terang atau di dalam gelap bukan sekadar ketertarikan. Pola hidup di dalam terang atau di dalam gelap adalah sikap terhadap sesama. Sikap itu sangat relevan bagi kita di Indonesia.

Perjumpaan dengan orang lain, sang liyan, adalah keseharian di negara berpenduduk lebih dari 270 juta jiwa ini. Bukan hanya suku dan budaya, melainkan juga keyakinan, kondisi fisik, selera, dan sebagainya sangat beragam. Semuanya ada di Nusantara ini. Bagaimanapun pemahaman kita akan ayat-ayat suci dan ajaran agama, jika tebersit sikap membenci sesama berarti kita masih berada di dalam kegelapan. Kita harus terus belajar menerapkan kasih kepada orang lain sebagai sesama, tanda kita hidup dalam terang.

DOA:

Ya Allah, inilah doaku: kobarkanlah terus semangat mengasihi yang lain sebagai sesama. Amin.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
6 Orang Membaca