MENGHARGAI PEMIMPIN
Dipublikasikan pada 27 Januari 2023
2 min baca

Bacaan: 1 Timotius 5:17-24

Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang berkhotbah dan mengajar. (1Tim. 5:17)

Pemimpin adalah sosok yang diteladani kata dan perbuatannya. Ki Hajar Dewantara menyebut dengan istilah ing ngarso sung tulodo. Sayangnya, dalam banyak pengalaman, ada juga pemimpin-pemimpin yang tidak menjadi panutan. Karena itu, banyak pemimpin yang kepemimpinannya disangsikan. Bahkan, ada juga pemimpin yang mendapat banyak tuduhan tanpa bukti.

Kepada Timotius dan jemaat-jemaat perdana di kala itu, Paulus menasihati mereka untuk menghargai tinggi pemimpin yang mengabdi tulus. Misalnya, para penatua yang berkhotbah dan mengajar dengan baik dan memberikan keteladan dalam hidup, mereka ini patut dihormati dua kali lipat. Sebaliknya, kalau ada pemimpin yang hidupnya bertentangan dengan apa yang dikhotbahkan, mereka harus ditegur. Namun, jangan asal menegur. Harus ada bukti, dan prosesnya harus dilakukan dengan hati-hati. Mengapa? Sebab, pemimpin itu panutan. Kalau mereka diberangus tanpa bukti, jemaat dan masyarakat akan kehilangan tuntunan dan berada dalam situasi ketiadaan role model.

Posisi pemimpin dalam komunitas sangat vital. Pemimpin memang harus dihargai. Namun, pemimpin juga harus memberi tuntunan. Mereka harus menjadi teladan bagi keluarga, jemaat, gereja, masyarakat, bangsa dan negara. Jika pemimpin memberi teladan, penghargaan pasti akan didapatkan. Di sisi lain, menghargai pemimpin adalah kewajiban kita sebagai anggota keluarga, warga jemaat, dan masyarakat.

REFLEKSI:

Menghargai dan dihargai adalah kebutuhan dalam berelasi. Dengan menghargai dan memberi teladan, kita pun akan mendapatkannya.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
4 Orang Membaca