RAJA DAMAI YANG MENDERITA
Dipublikasikan pada 24 Maret 2024
3 min baca

Bacaan: Mazmur 118:25-26; Yohanes 12:12-16

Shalom,

Satu kata yang sangat sering diucapkan dan sangat didambakan oleh setiap orang adalah: damai. Tidak ada seorang pun diantara kita yang tidak merindukan mengalami kedamaian dalam hidup. Pernahkah anda membayangkan bila hidup kita jauh dari damai, apa yang anda alami?

Bila anda kehilangan damai dalam hidup, maka anda mengalami kegelisahan karena anda mengalami kehilangan ketenangan dan kenyamanan hidup. Bila anda tidak memiliki relasi yang penuh kedamaian dengan Allah, maka anda akan mengalami kegelisahan rohani. Bila kehidupan keluarga anda “jauh” dari kedamaian, maka hati anda sangat gelisah karena mengalami keterhilangan kenikmatan keharmonisan keluarga yang menakjubkan.

Nats Alkitab yang anda baca, yaitu Yohanes 12:12-16, memiliki latar belakang negara Israel di bawah penjajahan bangsa lain yaitu Romawi, maka rakyatnya tidak mengalami kedamaian akibat hidupnya terkekang dan terintimidasi. Dalam kondisi yang seperti ini, masyarakat di Yerusalem merindukan Tuhan Yesus sebagai tumpuan akhir yang mampu memberikan kedamaian dalam hidup mereka dengan harapan Tuhan Yesus sanggup membebaskan mereka dari tekanan politik dan penjajahan Romawi. Oleh karena itu, mereka menyambut Tuhan Yesus -yang sedang menuju Yerusalem- sebagai Raja Damai dengan penuh gegap gempita, dengan daun palem sebagai bentuk penghormatan istimewa yang biasa dilakukan menyambut para pahlawan yang pulang membawa kemenangan dari medan pertempuran, dengan keterhisterisan menyambut datangnya Sang Raja Damai tercerminkan dengan memekikan kalimat: Hosana, hosana yang artinya berilah kiranya keselamatan dan kedamaian. Mereka sangat merindukan dan sangat mengharapkan Tuhan Yesus melakukan karya-Nya seperti yang mereka inginkan yaitu sebagai Raja secara politis dan memiliki kuasa “super power” seperti raja-raja di dunia.

Namun, apakah tujuan Tuhan Yesus datang ke Yerusalem dengan menunggangi keledai seperti yang mereka rindukan dan impikan? Ternyata tidak, Tuhan Yesus justru melakukan karya-Nya melampaui ekspektasi rakyat yang menyambutnya. Dia datang sebagai Raja Damai yang menderita, Dia dengan setia menjalani setapak demi setapak “via dolorosa” yang begitu menyakitkan dan menjalani satu hukuman yang paling hina yaitu mati di atas kayu salib untuk memberikan damai yang sejati, yaitu memiliki relasi yang damai dengan Allah yang sudah dirusakkan oleh dosa, kedamaian inilah yang seharusnya melandasi kedamaian dalam berelasi dengan keluarga, rekan kerja, rekan sepelayanan dan sesama. Damai yang Tuhan berikan tidak sama dengan damai yang diberikan oleh dunia. Mari kita membaca Yohanes 14:27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu dan Aku memberikan kepadamu tidak seperti dunia memberi. Jangan gelisah dan jangan gentar hatimu.

Refleksi: Sambutlah Tuhan Yesus sebagai Raja Damai yang menderita yang memberikan kepada anda damai yang sejati, damai yang tidak dapat diberikan oleh raja-raja di dunia. Nikmati dan alamilah damai sejati yang dianugerahkan Tuhan Yesus bagi anda dan keluarga, dan salurkan damai sejati ini dalam kehidupan sehari-hari kepada sesama! Amin!

Pdt. Bambang Wijanto

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
11 Orang Membaca