BERDOA ADALAH NAFAS HIDUP DUTA KRISTUS
Dipublikasikan pada 24 Juli 2022
4 min baca

Bacaan: Lukas 11:1-13

Nafas adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup, termasuk manusia. Tidak ada makhluk hidup yang tidak bernafas. Bahkan pencetak rekor penahan nafas terlama di dunia tidak bisa hidup tanpa bernafas walaupun berhasil menahan nafas selama kurang lebih 24 menit, sebab di dengan bernafas kita menghirup oksigen untuk tubuh kita. Ini berarti secara jasmani kita perlu bernafas sebab itu adalah kebutuhan bagi tubuh jasmani kita. Bukankah hal yang sama berlaku bagi kerohanian kita sebagai duta-duta Kristus. Sebagai manusia jasmani dan bahkan rohani, bukankah kita perlu “bernafas”? Kalau secara jasmani kita bernafas melalui oksigen, maka secara rohani kita bernafas melalui berdoa. Sebab, berdoa adalah nafas hidup kita sebagai duta Kristus. Sudahkah kita sebagai duta Kristus bernafas hari ini?

Sebagai duta Kristus, mengapa kita perlu berdoa? Sesungguhnya di dalam doa itu ada relasi antara kita dengan Allah yang adalah Bapa kita. Ini yang dicatat dari Lukas 11:1-13 bahwa di dalam doa terdapat relasi. Ketika para murid meminta Tuhan Yesus mengajarkan mereka untuk berdoa, menariknya ialah Tuhan Yesus mengajarkan mereka untuk berdoa dengan menyebut nama Tuhan itu dengan sebutan “Bapa”. Allah sendiri yang ingin diri-Nya dipanggil sebagai Bapa. Bagi para pengikut Yesus yang adalah orang Yahudi, memanggil nama Allah itu sangatlah sakral dan tak dapat disebutkan dengan sembarangan. Maka, ketika Tuhan Yesus mengajarkan untuk memanggil Allah dengan sebutan sebagai Bapa maka itu sangat mind blowing atau mencengangkan bagi mereka. Tetapi, poinnya di sini adalah Allah mau dalam doa itu ada relasi antara kita dengan Allah sebagai sosok Bapa yang dekat. Benar bahwa Dia adalah Tuhan yang agung, tetapi Dia mau dipanggil oleh kita sebagai Bapa.

Berikutnya, berdoa itu merupakan kesatuan dengan iman kita. Ketika kita mengakui diri bahwa kita adalah orang percaya maka di situlah kita sebagai orang percaya juga adalah orang yang seharusnya berdoa. Di ayat 5-8 Tuhan Yesus memberikan sebuah gambaran bahwa seseorang yang kesusahan karena kawannya datang menginap di rumahnya sedang dia tidak punya apa-apa untuk menjamu kawannya. Tetapi orang itu mengingat sahabatnya, dan orang meminta pada sahabatnya. Dia berani, tidak malu, tidak sungkan meminta di tengah malam ke sahabatnya karena sesungguhnya dia tahu bahwa itu adalah sahabatnya yang tidak akan membiarkan orang itu kesulitan. Secara implisit, Tuhan mau mengatakan juga bahwa Dia adalah sahabat bagi kita yang beriman kepada Dia. Kita tidak perlu takut meminta kepada Dia, sebab kita tahu bahwa Dia adalah sahabatnya kita. Terlebih lagi Dia adalah sahabat yang akan menolong kita, memberikan jawaban bagi kita, membukakan pintu ketika kita mengetok, menemukan ketika kita mencari Dia, menerima ketika kita meminta pada sahabat kita.

Maka, jadikanlah doa sebagai liturgi kehidupan kita yang kita jalani setiap hari. Bukankah sudah seharusnya kita “bernafas” sebagai orang duta Kristus? Secara jasmani, kita tidak pernah menetapkan berapa kali tarikan nafas kita perhari, maka secara rohani kita juga berdoa sesuai kebutuhan kita. Ingatkah Kapan terakhir kali kita sungguh-sungguh berdoa kepada Bapa kita? Kabar baiknya, Bapa kita yang di Sorga akan selalu ada mendengarkan setiap seruan kita serta mengingatkan kita untuk berdoa dalam kehidupan sehari-hari.

Destiano Yohanes Putra Renmaur

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
27 Orang Membaca