KETERBUKAAN DALAM BERIMAN
Dipublikasikan pada 24 Februari 2023
2 min baca

Bacaan: Roma 1:8-17

... agar di tengah-tengahmu aku menemukan buah, seperti di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi .... (Rm. 1:13)

Di awal surat kepada jemaat Roma, Paulus menyatakan sikap sebagai pemberita Injil bagi semua bangsa dan kalangan masyarakat. Bagi Paulus, kemajemukan adalah penting dalam hidup beriman. Paulus bukan hanya menghargai keberadaan masyarakat majemuk, melainkan belajar banyak dari keberbagaian itu. Ia menulis bahwa ia menemukan buah di tengah bangsa-bangsa. Hal ini bukanlah tanpa tentangan saat itu, juga saat ini.

Sikap terbuka memiliki tantangan karena tentangannya besar, terutama dari diri sendiri. Keterbukaan bukanlah sikap yang kita peroleh berdasarkan kelahiran. Keterbukaan adalah hasil pembentukan sadar, baik oleh lingkungan maupun diri sendiri. Pembentukan untuk terbuka adalah proses tak mudah dan bermuara pada sikap menemukan buah di tengah kemajemukan. Sebelum menemukan keindahan dan kenikmatan karunia Allah di tengah kemajemukan, maka proses itu masih harus terus diperjuangkan.

Bangsa kita, Indonesia, sering direcoki oleh pihak yang menafikan kemajemukan. Padahal, sejak dahulu kala, Indonesia adalah negara dengan keberagaman banyak hal. Kita beragam dalam selera makanan, model busana, bentuk pulau, iklim, fauna, flora, model rumah, pesta dan upacara, hasil bumi dan laut, dan kekayaan alam, selain suku dan agamanya, bahasa dan logatnya, dan warna kulit. Keragaman dan kemajemukan adalah keberadaan Indonesia.

DOA:

Saya berdoa bagi kalangan yang menolak kemajemukan:

Sadarkanlah mereka untuk bersyukur, ya Allah. Amin.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
10 Orang Membaca