DUTA KRISTUS YANG MENDENGAR DAN MELAYANINYA
Dipublikasikan pada 17 Juli 2022
5 min baca

Bacaan: LUKAS 10:38-42

Sejak dulu, nama Maria dan Marta merupakan nama yang cukup populer. Kedua nama ini sering kita jumpai pada nama perempuan Kristen, dahulu hingga sekarang. Seiring dengan popularitas namanya, demikianlah cerita kedua perempuan ini dikenal luas oleh orang Kristen di segala zaman.

Cerita Maria dan Marta memang cukup menarik. Pada satu sisi, apa yang dikerjakan Marta menggambarkan apa yang biasa dikerjakan oleh seorang wanita rumahan, yaitu suka sibuk dengan urusan makanan, minuman, kebutuhan fisik, dan urusan rumah tangga. Pada sisi yang lain, apa yang dilakukan Maria dapat menjadi gambaran wanita “karir” yang gemar mendengarkan petuah, ceramah, ilmu pengetahuan, dan kata-kata bijak lainnya yang mengandung tuntunan ke visi masa depan. Sebetulnya, selama segala sesuatu dilakukan secara proporsional (tidak berlebih-lebihan), maka tidak ada yang salah dari kedua tipikal ini, keduanya diperlukan dalam rangka menjalani kehidupan. Kalau demikian, apa yang perlu kita perhatikan dalam narasi Maria dan Marta ini?

“Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara!” Respon Yesus ini menarik untuk kita perhatikan dengan saksama. Ada dua hal yang disebutkan Yesus. Marta disebut kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Bila suka sibuk dengan urusan makanan kita gunakan sebagai salah satu contoh dan batasan aktifitas wanita rumahan, apa ya kira-kira problem Marta? Pertama, perihal kuatir, apa ya yang dikuatirkan Marta? Bisa jadi, Marta kuatir jika makanan yang disiapkan untuk Yesus ternyata berkategori kurang, entah kurang banyak, kurang lengkap, kurang enak, kurang cocok dll. Kedua, perihal menyusahkan diri dengan banyak perkara. Agaknya, waktu itu Marta bukan hanya menyiapkan satu macam menu makanan, tetapi ia menyiapkan aneka macam makanan, banyak sekali makanan yang disiapkannya. Lukas menuturkan: “Marta sibuk sekali melayani” (ay.40). Dalam hal ini, Marta telah mengerjakan hal-hal yang berlebihan. Ini bukan yang diperlukan Yesus! Sebab itu, Yesus menyebut Marta menyusahkan diri dengan banyak perkara. Di sinilah letak persoalan Marta, ia melakukan banyak perkara yang ia kira sebagai perkara yang dikehendaki Yesus, tetapi ternyata tidak. Pesan Yesus jelas dalam hal ini. Ia mau supaya siapa pun yang mau melayani-Nya, terlebih dahulu mendengar apa yang Ia mau, misalnya kalau berkenaan tentang pelayanan menghidangkan makanan, baiklah mendengar dahulu makanan apa yang Yesus sukai, jangan langsung memasak makanan dalam jumlah banyak. ‘Kan Yesus bukan sosok yang hobi makan hehe, secukupnya saja. Bilamana tidak mendengar dahulu, maka sekalipun sibuk sekali melayani, itu tidak berarti, tidak berguna, sebab ternyata merupakan pelayanan yang salah!

“Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya!” Lukas menuturkan: “Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya” (ay. 39). Respon Yesus ini dengan tegas memperlihatkan bahwa Yesus mau supaya duta-duta-Nya mendengarkan-Nya terlebih dahulu, dan baru setelah itu melayani-Nya. Inilah model duta Kristus yang membuahkan karya layanan yang kudus, hidup dan berkenan kepada Allah. Pelayanan yang memuliakan Tuhan dan menjadi berkat. Maria membuktikannya. Ia melayani Yesus dengan memberikan yang terbaik dan berkenan kepada Yesus. Yohanes menuturkan: Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. “Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu” (Yoh.12:3). Inilah buah dari memilih bagian yang terbaik: Maria telah menjadi duta Kristus yang mendengarkan dan Melayani-Nya, Maria telah memberi pelayanan yang terbaik. Bagaimana dengan kita? Di saat kita bersama-sama merayakan Perjamuan Kudus pada hari ini, kita diingatkan tentang Kristus yang telah memberi yang terbaik bagi kita. Sudahkah yang terbaik kita berikan kepada-Nya? Amin.

*Pdt. Setyahadi

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
20 Orang Membaca