BERINTEGRITAS DI TENGAH PUJIAN DAN CACIAN
Dipublikasikan pada 02 April 2023
2 min baca

Bacaan: Matius 27:11-54

Katanya: “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?”

Namun mereka makin keras berteriak: “Ia harus disalibkan!” (Mat. 27:23)

Minggu Prapaskah VI memiliki makna ganda, yaitu Minggu Palmarum dan Minggu Sengsara. Dalam pengisahan di Minggu Palmarum, penduduk Yerusalem mengelu-elukan Yesus dengan nyanyian “Hosana”. Namun, di Minggu Sengsara, umat yang semula menyanjung Yesus berubah menjadi kumpulan orang yang melampiaskan kemarahan dan kebencian sehingga Yesus disalibkan.

Saat Pilatus memberi pilihan siapa yang hendak dibebaskan, mereka menolak Yesus, tetapi memilih Barabas (Mat. 27:21). Bahkan lebih jauh lagi, mereka menuntut kematian Yesus (Mat. 27:23). Di sini kita dapat melihat kondisi kontradiksi sikap manusia: mudah berubah. Minggu Prapaskah VI menyadarkan bahwa karakter manusia sering paradoksal. Para sahabat yang dahulu begitu dekat dan peduli, berubah menjadi orang-orang yang memusuhi tanpa belas kasihan saat harapan mereka tidak terpenuhi. Di Minggu Sengsara ini, kita dapat belajar bahwa hidup seorang yang benar tidak selalu mendapat dukungan. Malah, berlaku benar sering ditolak dan dimusuhi oleh pribadi paradoksal.

Pribadi yang paradoksal bukanlah pribadi yang berintegritas. Ia dipengaruhi oleh kepentingan diri. Relasi dengan sesama ditentukan oleh pamrih. Apabila menguntungkan, ia memberi dukungan. Namun, bila tidak sesuai keinginan, ia berubah menjadi musuh. Orang dengan karakter paradoksal tidak dapat dipercaya. Dalam konteks ini: pujian, cacian dan permusuhan, Tuhan Yesus mampu berintegritas.

DOA:

Bapa surgawi, murnikanlah hati kami agar tetap berintegritas di tengah pujian, cacian dan permusuhan. Amin.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
10 Orang Membaca