UNJUK KASIH SAYANG
Dipublikasikan pada 22 Desember 2022
2 min baca

Bacaan: Wahyu 22:6-7; 18-20

Lalu Ia berkata kepadaku: “Perkataan-perkataan ini tepat dan benar, dan Tuhan,

Allah yang memberi roh kepada para nabi, telah mengutus malaikat-Nya untuk menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi.”

(Why. 22:6)

Dalam Kitab Wahyu bisa didapati ada tiga gambar Yesus: tokoh seperti manusia yang penuh kuasa (psl. 1-3); Anak Domba yang disembelih (psl. 4-11); panglima perang surgawi (psl. 12-22). Gambar ketiga adalah gambaran yang paling lazim ditemukan dalam masyarakat kuno: Allah menggunakan kekuatan mengalahkan kejahatan. Namun, Kitab Wahyu berbeda. Begitu Sang Anak Domba tampil, maka Dialah yang menjadi tokoh utama. Melalui pembalikan seperti ini Kitab Wahyu ingin menekankan bahwa kejahatan dikalahkan bukan oleh panglima perang yang perkasa, melainkan oleh Anak Domba yang disembelih. Kisah perang dalam Wahyu 12:7-8 diakhiri dengan kisah kemenangan Sang Anak Domba (Why. 12:11).

Unjuk kekuatan dipatahkan oleh unjuk kasih sayang. Itulah jalan yang telah didemonstrasikan oleh Sang Anak Domba. Jalan inilah yang digarisbawahi dalam bacaan kita, “Perkataan-perkataan ini tepat dan benar” (Why. 22:6), dan tidak boleh ditambahi atau dikurangi (Why. 22:18-19). Jalan ini adalah “sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba” (Why. 22:1).

Ketika umat menanti-nantikan datangnya Singa dari Yehuda, yang gagah perkasa (Why. 5:5), ternyata yang pada akhirnya hadir di tengah-tengah takhta kekuasaan adalah Sang Anak Domba yang tersembelih (Why. 5:6). Anak Domba itu memenangkan peperangan bukan dengan cara menaklukkan musuh-Nya, melainkan dengan melakukan tindakan yang benar, yaitu unjuk kasih sayang.

DOA:

Ya Tuhan Sang Anak Domba yang tersembelih, ajar kami meneladani diri-Mu untuk menebar kasih sayang, dan bukan kekuatan. Amin.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
6 Orang Membaca