Bacaan: Efesus 1:3-14
Ada beragam alasan seorang dipilih. Tapi rata-rata, orang dipilih karena kemampuannya. Misalnya saja, seorang yang dipilih menjadi pemimpin perusahaan karena ia sudah berhasil memimpin kelompok kerjanya untuk menyelesaikan suatu proyek pekerjaan. Akan tetapi, sebagai umat Tuhan kita disadarkan bahwa kita dipilih bukan karena kemampuan kita. Hal ini tak selalu mudah terpahami. Namun, itulah keagungan cinta Tuhan Allah kita. Dia Allah yang mau memilih umat bukan atas dasar kemampuan umat yang dipilihnya, tetapi atas dasar besarnya kasih-Nya pada orang tersebut.
Kasih-Nya itu kemudian memampukan orang-orang yang dipilihnya untuk beralih dari kehidupan tidak layak menjadi hidup layak. Tuhan melayakkan umat-Nya dengan memberi kekudusan. Kekudusan dari Allah itu mewujud dalam kemampuan umat untuk memelihara hidup benar dalam kesehariannya. Hidup benar seringkali memang membuatnya tak sama dengan lingkungannya. Hidup benar seringkali membuatnya harus mengalami momen-momen berat. Akan tetapi hidup benar membuat umat Allah senantiasa dapat merasakan damai sejahtera.
Damai sejahtera Allah itu menuntunnya menjadi pribadi yang rela meneliti hidupnya setiap hari. Meneliti pada hal apa aku sudah memberi yang terbaik dan meneliti apakah yang menjadi alasan untuk dia menjalani hidup. Dalam penelitian yang dijalani mungkin saja umat menemukan dirinya belum memberi yang terbaik. Entah karena ada godaan dari dalam diri ataupun juga karena ada gangguan dari luar dirinya. Tapi dalam penelitian itu umat Allah tentu akan lagi dan lagi bertemu fakta tak terbantahkan, yakni ia hidup di dalam Tuhan. Tuhan melingkupinya dengan damai sejahtera dan kasih yang begitu besar.
Oleh karena itu, Paulus dalam surat Efesus ini menutup pernyataan syukur dan pernyataan kemuliaan Allah dengan keyakinan bahwa Tuhan senantiasa memampukan umat pilihan-Nya. Kemampuan dari Tuhan disadari oleh Paulus bukan hanya kemampuan untuk dinikmati sendiri. Kemampuan dari Tuhan adalah berkat rohani berupa daya untuk membangun diri menjadi siap sehingga di dalamnya pun termuat tanggung jawab untuk membangun sesama. Bagaimana bila umat Tuhan itu gagal membangun diri? Jawabannya, ada Tuhan yang senantiasa sedia untuk membangun kembali. Dari sini kita tahu bahwa Tuhan yang memilih adalah Tuhan yang tak meninggalkan. Maka, saat tahun ini kita dipilih Tuhan untuk mengerjakan sebuah tanggung jawab, mari kerjakan dengan penuh sukacita, karena berarti kita terus ditemani oleh Tuhan termasuk bila kita gagal. Percayalah dan Setialah, karena dengan keduanya kita memuji kemuliaan Allah yang setia.