KEMULIAAN DALAM SOLIDARITAS
Dipublikasikan pada 11 Februari 2024
6 min baca

Bacaan: Markus 9:2-9

“Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan jubah-Nya sangat putih berkilauan. Tidak ada seorang penatu pun di dunia ini yang dapat memutihkan pakaian seperti itu. Lalu tampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus… Lalu datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia,” (Markus 9:2-4,7)

Betapa bahagia dan sukacitanya, jika kita sebagai anak-anak Tuhan terus mengalami pergumulanpergumulan iman percaya kita; dan melalui pergumulan-pergumulan itu semakin nyata karya Tuhan perkerjaan Tuhan dalam kehidupan kita. Iman dan Pengalaman, harus menjadi realita dalam hidup kita. Iman suatu keyakinan akan janji pemeliharaan Tuhan, dan itu harus nyata dalam hidup kita. Kita percaya bahwa dalam hidup ini, Tuhan saja yang memelihara hidup kita; apapun yang terjadi, baik suka maupun duka, menyenangkan atau mendatangkan air mata, menguntungkan atau mengalami kesulitan dalam hidup kita. Semua itu ada dalam pemeliharaan Tuhan. Iman dan pengalaman hidup, sering kali kita dapat mengalami banyak peristiwa yang tidak masuk akal. Mau dipikir-pikir, tidak kepikir… mengapa ini bisa terjadi? Oleh karena itu dalam peristiwa itu sering kali kita juga mengalami apa yang namanya “Kebuntuan rasio,” karena sudah tidak mampu lagi dipikirkan. Tinggal satu hal, yaitu “Percaya atau tidak!” Percaya akan datangnya pertolongan Tuhan, percaya akan melihat keajaiban Tuhan atau tidak percaya dan meninggalkan Tuhan.

Petrus, Yakobus dan Yohanes dalam perjalanannya sebagai murid Tuhan Yesus, Iman dan Pengalaman hidup mereka juga terus mengalami gejolak-gejolak yang luar biasa. Mereka bertiga ini mempunyai hak istimewa, karena mereka menjadi murid-murid yang dekat dengan Tuhan Yesus. Tidak heran kepada mereka sering kali mengalami kehidupan iman yang luar biasa.

Mereka di ajak Tuhan Yesus pergi ke suatu bukit. Dan di atas bukit itu mereka berempat sendirian, tidak ada siapa-siapa, selain Tuhan Yesus bersama tiga murid-Nya. Tidak lama kemudian di atas bukit itu, mereka melihat Tuhan Yesus berubah rupa, Tuhan Yesus penuh dengan kemuliaan Allah, pakaian-Nya berkilauan luar biasa terangnya. Bukan itu saja, kemudian hadirlah Elia dan Musa, ada disamping Tuhan Yesus, dan mereka sedang bercakap-cakap. Dalam percakapan Tuhan Yesus dengan Elia dan Musa, Petrus menyela memohon untuk membangun tiga kemah… Petrus meminta apa yang tidak tahu dari apa yang dia minta….

mau membangun kemah… Saat itu juga terdengar suara Allah Bapa, “Inilah Anak-Ku yang Ku kasihi, dengarkanlah Dia.”

Apa maknanya, untuk kehadiran Elia dan Musa? Kita tahu bahwa mereka ada tokoh utama dalam PL. ELia mewakili semua nabi-nabi yang diutus oleh Allah untuk mengingatkan akan dosa-dosa umat-Nya; namun umat-Nya tidak pernah mendengar teguran Allah. Demikian juga Musa mewakili Hukum Taurat, yang diterimanya dari Allah. Hukum Taurat untuk dijalankan dalam kehidupan umat-Nya; namun tidak ada satu orangpun yang mampu melakukan Hukum Taurat. Masalah yang serius ini, karena dampak dari semuanya adalah hukuman maut, yaitu kebinasaan. Sekarang mereka membahasnya dan menyerahkan tugas penggenapan semua itu ada di bahu Tuhan Yesus. Penggenapan pertobatan dan Hukum Taurat diserahkan kepada Tuhan Yesus, dan itu adalah “Kayu Salib.”

Maka Firman Tuhan datang kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes…”Inilah Anak yang Ku kasihi, kepadaNya Aku berkenan. Dengarkanlah Dia.” Apa yang perlu di dengar oleh Petrus, Yakobus dan Yohanes? Melalui pengalaman iman ini, mereka melihat kemuliaan Allah yang luar biasa. Dan kemulaain Allah itu ternyata bukan untuk dilihat dan dinikmati; apalagi membangun kemah dan tidak mau kembali di dunianya sehari-hari. Itu bukan kemuliaan Allah!

Petrus, Yakobus dan Yohanes, dinyatakan kepada mereka dengan jelas dan gamblang, bahwa kemuliaan bukan bukan masalah kedudukan, jabatan, kekayaan, kenikmatan, kemakmuran atau kesuksesan, bukan! Kemuliaan Allah adalah “Kayu Salib!” Kemuliaan Allah itu nyata dalam Pengampunan dosa, perdamaian Allah, pembenaran Allah, keadilan dan kasih Allah, pemeliharaan Allah dan akhirnya kemuliaan Allah yang akan diberikan kepada kita yang menjadi umat-Nya. Kemuliaan Allah itu sangat nyata dalam solidaritas dengan sesama kita. Sudahkah pengalaman iman kita yang membawa kita pada keselamatan dan pemeliharaan Allah yang kekal, itu sudah kita bagikan kepada sesama kita? Atau kita nikmati sendiri. Iman dan pengalaman hidup bukan milik kita sendiri, tetapi milik kita bersama, dalam kebersamaan kita dengan semua orang. Kita dipanggil untuk terus meyatakan berita sukacita kepada dunia; bahwa kemuliaan Allah itu akan dialami dengan sumua orang yang percaya kepada-Nya; sudahkah pengalaman hidup itu kita terus bagikan kepada sesama kita? Mari kita menikmati kemuliaan ALlah dalam solidaritas hidup kita yang menjadi berkat bagi banyak orang. Dan nama Tuhan Yesus saja yang dimuliakan. Amin.

Pdt. Em. Nathanael Channing

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
9 Orang Membaca