KOMUNITAS YANG BANGKIT
Dipublikasikan pada 26 Maret 2023
3 min baca

Kehilangan adalah sebuah keniscayaan hidup. Peristiwa kehilangan pada umumnya membuat kita sedih dan kecewa. Kehilangan harta milik, kehilangan posisi, kehilangan kesempatan, kehilangan kepercayaan, kehilangan harapan, sungguh mengguncang perasaan. Apalagi kehilangan orang-orang yang kita kasihi dan kita andalkan. Amboi! Rasanya seperti terlempar dan terjerembap hingga titik nadir. Benar, kesedihan dan kekecewaan karena kehilangan sanggup membuat sebagian orang mengalami gangguan emosi dan mental. Hidup jadi lumpuh, mandek, stagnan dan “mati”.

Di Bethania ada orang mati. Lazarus namanya. Jenazahnya sudah dikuburkan selama empat hari. Namun di sana bukan hanya ada orang mati, melainkan juga ada orang hidup dengan harapan yang mati. Mati artinya mandek, berhenti, dan tak bergerak lagi. Harapan Maria dan Marta mandek. Hidupnya mengalami stagnasi akibat rasa duka dan kehilangan yang mendalam. Bahkan kehadiran Tuhan Yesus, tak juga membuatnya terbebas dari stagnasi. Ia berucap: “Tuhan sekiranya engkau ada di sini, saudaraku tentu tak akan mati” (Yoh11: 21&32). Engkau datang terlambat, saudaraku telah mati. Nasi sudah menjadi bubur, tak ada yang bisa di ubah lagi. Kira-kira begitulah perasaan Maria dan Marta. Ia terlempar pada titik nadir kehidupan: Hidupnya stagnan, harapannya sudah mati lenyap. Namun stagnasi hidup yang terjadi di kampung Bethania itu tak bertahan lama. Bela rasa dan cinta Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian. Juga membangkitkan harapan Maria, Marta dan penduduk Bethania yang sedang stagnan.

Apa yang menarik dari proses kebangkitan itu? Yesus berseru: “Lazarus, marilah ke luar!” (Yoh 11:43). Lalu keluarlah Lazarus. Kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan. Coba bayangkan bagaimana cara Lazarus keluar dari kubur! Ia berjalan atau berguling? Waduh, horor nih suasananya! Ya, kebangkitan Lazarus memang akan menjadi kisah horor tanpa akhir, apa bila kain kafannya tidak segera dilepaskan. Itu sebabnya Yesus memerintahkan: “Bukalah kain-kain itu dan biarkanlah ia pergi” (Yoh 11:44). Siapa yang diperintah? Tentu khalayak ramai yang ada di kubur itu. Artinya Yesus tidak mau bekerja sendirian. Ia melibatkan orang lain untuk membebaskan Lazarus dari jerat kafan kematian. Ia memanggil para pengikutnya bukan sebagai komunitas kematian, melainkan komunitas kebangkitan. Jangan diam saja, jangan mandek, jangan hanya menjadi penonton! Ayo bergerak, dan bantulah Lazarus bergerak!

Pesan Yesus itu bukan saja ditujukan kepada masyarakat Bethania. Pesan itu juga ditujukan kepada kita. Lazarus-Lazarus di zaman ini, ayo keluarlah, bergerak dan bangkit. Jangan lagi terikat dengan kuasa kematian! Ayo ikat dirimu dengan kasih Yesus yang menghidupkan. Para pengikut Kristus, ayo menjadi komunitas Kebangkitan! Jangan biarkan seorang pun di antara kita terbelenggu oleh ikatan kematian. Jangan biarkan seorang pun mengalami stagnasi hidup. Mari hentikan hidup penuh horor. Bergeraklah lepaskan belenggu yang menghentikan hidup sesamamu! Yesus telah bergerak, maka kita juga bergerak. Mari wujudkan diri sebagai Komunitas Kebangkitan. Amin. (dt)

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
10 Orang Membaca