“SIAP SANGKAL DIRI”
Dipublikasikan pada 25 Februari 2024
4 min baca

Bacaan: Kejadian 17 : 1 - 7, 15 - 16; Markus 8 : 31 - 38

Bapak ibu dan saudara, sudah berapa tahun anda mengikut Tuhan? Mungkin ada yang baru ikut Tuhan, tapi mungkin ada juga yang sudah sejak kecil mengikut Tuhan karena iman orang tua. Berapapun lamanya kita mengikut Tuhan, kita semua pasti mengalami hal yang sama. Bahwa mengikut Tuhan tak selalu hidup yang kita jalani baik-baik saja. Terkadang atau bahkan seringkali penuh derita, air mata dan sengsara. Dan dalam kondisi itu, kita mungkin masih terus bertanya, mengapa saya mengalami ini padahal saya sudah sangat setia mengikut Tuhan, rajin ibadah, rajin baca Alkitab dan rajin berdoa, tapi mengapa saya masih khawatir? saya masih sakit? saya masih belum sembuh dan banyak pertanyaan yang mengungkapkan kegelisahan lainnya.

Saudara, tak mengapa kita terus bertanya. Sekalipun kita belum menemukan jawaban, karena lebih baik bertanya dan resah bersama Tuhan, ketimbang meninggalkan Tuhan. Karena bertanya adalah proses berteologi dan berdialog dengan Tuhan. Dan juga sebagai wujud kita tetap meminta bertanya sekaligus meminta pertolongan Tuhan atas kegelisahan hidup yang kita sedang alami.

Saudaraku, sekalipun kita semua berharap hidup kita baik-baik saja, namun faktanya tak selalu hidup kita akan baik-baik saja. Bahkan dalam bacaan firman Tuhan hari ini pun, Yesus dengan tegas mengajarkan dan berpesan bahwa mengikut Tuhan memang tak hanya sebatas ikut dan status. Tapi ada resiko yang harus ditanggung, karena Yesus katakan, "Jika seseorang mau menjadi pengikut-Ku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Mrk. 8 : 34).

Menyangkal diri bukan berarti kita menjadi amnesia dan tidak mengenal diri sendiri. Tetapi menyangkal diri berarti kita tahu diri, tahu keinginan kita tapi kita menolak keinginan diri sendiri. Dengan kalimat yang sederhana, kita berani untuk mengatakan "tidak" pada diri sendiri dan mengatakan "ya" kepada Kristus. Kita menerima saat apa yang kita harapkan tidak terpenuhi dan lebih mengikuti apa yang Tuhan kehendaki. Selanjutnya kita memikul salib, yang berarti memikul penderitaan kita dan kita mengikut Tuhan.

Apa yang Yesus sampaikan ini memang tidak mudah. Bahkan mungkin dalam perjalanan hidup, kita merasa begitu mustahil kita sebagai orang percaya dapat terus setia bertahan. Namun dalam kondisi-kondisi yang tak mudah ini, kita pun diingatkan akan perjanjian kekal dari Tuhan kepada Abraham dan keturunannya turun-temurun. Bahwa Allah yang Mahakuasa akan memberi yang kita butuhkan dan memberkati kita ketika kita mengikut Tuhan.

Sudahkah kita siap sangkal diri? terus siap memikul salib dan mengikut Tuhan, bukan hanya sewaktu-waktu tapi setiap waktu? Percayalah jika kita melakukannya untuk Tuhan, berkat dan pertolongan Tuhan takkan melepaskan kehidupan kita karena Tuhan punya beragam cara untuk menolong kita semua.

Tuhan menguatkan iman dan memberkati kita semua. Amin.

(Pdt. Maureen Christine, GKI Denpasar)

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
9 Orang Membaca