BERPIHAK PADA KORBAN: GEREJA DAN KEKERASAN SEKSUAL
Dipublikasikan pada 26 November 2023
3 min baca

Bacaan: Matius 25 : 31 – 46

25 November diperingati sebagai Hari Anti-Kekerasan terhadap Perempuan. Ini adalah upaya bersengaja, terorganisir dan bersama untuk menolak segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Meskipun kita harus menyadari, angka kasus kekerasan terhadap perempuan yang terungkap ke publik jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding kasus yang tidak terungkap. Inilah yang disebut fenomena ’gunung es’. Apa penyebabnya? Banyak! Mulai dari konstruksi budaya patriakhi; aspek sosial dari masyarakat timur; para korban yang tidak berani mengungkap dengan berbagai alasan: aib, takut, diancam, dll; hingga pemahaman agama yang melemahkan posisi perempuan. Di tengah kompleksitas itu, apa yang sudah Gereja lakukan? Sudahkah gereja berpihak pada korban kekerasan?

Matius 25 : 31 – 46 masih menjadi rangkaian pengajaran Yesus tentang akhir jaman. Muncul dua kategori: domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya (bdk. Perempuan Bijak dan perempuan bodoh; Hamba yang baik dan setia vs hamba yang jahat dan malas), yang ujungnya satu diterima, yang lain ditolak. Dalam perumpamaan ini, faktor yang melatar-belakangi kelompok yang diterima dan yang ditolak, ialah : Apa yang dilakukan dan tidak dilakukan mereka terhadap orang yang lapar, haus, asing, telanjang, sakit dan di penjara. Merujuk pada kategori tersebut, Sang Raja berkata: ”Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk aku.” Pernyataan ini menarik dan reflektif! Sebab, Sang Raja mengidentifikasikan diri-Nya sama seperti mereka yang dianggap paling hina, yang seringkali diabaikan, disingkirkan, diperlakukan tidak pantas oleh dunia. Dengan cara itu, sang Raja berpihak pada mereka yang mengalami ’kemalangan’ karena Ia tahu apa yang mereka rasakan; di sisi lain, Sang Raja mengundang orang-orang untuk melakukan segala sesuatu yang baik, yang dikehendaki Raja, terhadap mereka yang dilihat berharga oleh sang Raja.

Dalam perumpamaan tersebut, Raja yang dimaksud adalah diri Yesus. Sebagai Gereja yang beriman pada Kristus dan menantikan kedatangan-Nya kembali sebagai Raja Semesta, kita diundang untuk menyatakan karya dan misi-Nya bagi dunia. Secara khusus, di tengah dunia yang sedang berjuang untuk menolak dan melawan segala bentuk kekerasan dan kejahatan terhadap perempuan dan anak-anak. Gereja harus berpihak pada korban! Ikut berjuang menegakkan keadilan bagi para korban kekerasan yang sangat mungkin dibungkam dan diancam; Mengedukasi masyarakat dalam hal pencegahan, penanganan, penyelesaian kasus kekerasan yang terjadi; Melakukan upaya pemulihan terhadap pengalaman traumatis yang dialami para korban; Menjadi ”Home” yang aman, nyaman, merangkul dan melindungi para korban. Kiranya Gereja menampakkan ”Wajah Kristus Sang Raja” melalui upaya bersengaja, aksi nyata dan karya bersama. (MAR)

Kategori
Kotbah Minggu
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
16 Orang Membaca