TAK TERPISAH DARI KASIH ALLAH
Dipublikasikan pada 30 Juli 2023
3 min baca

Bacaan: Roma 8:26-39

Surat kepada jemaat di Roma ditulis sebelum Paulus dapat mengunjungi mereka. Surat pastoral ini ditulis dengan tujuan sebagai pengenalan akan ajaran-ajaran Kristen sebelum Paulus sendiri dapat hadir dan mengajarkannya secara langsung. Dalam bagian ini Paulus ingin menguatkan umat Kristen di Roma agar dapat bertahan di tengah penolakan, penganiayaan, bahkan bayang-bayang kematian yang akan mereka alami. Umat hendak diingatkan bahwa sehebat apapun penderitaan itu, tidak ada yang dapat memisahkan mereka dari kasih Allah.

Penganiayaan mungkin saja datang, serangan dari si jahat dalam berbagai bentuk juga acapkali menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan ini. Satu hal yang menghibur kita adalah kepastian kemenangan di dalam Kristus. Semua upaya untuk menggagalkan keselamatan kita akan sia-sia karena tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Bukan hanya kita akan menang, tetapi kita akan menjadi lebih daripada pemenang (ayat 37). Penganiayaan dan kesusahan akan menguatkan pengharapan kita dan semuanya itu mengerjakan kebaikan bagi kita. Sungguh, tidak ada sesuatu maupun seorang pun yang sanggup memisahkan kita dari kasih Kristus.

Bagi mereka yang beranggapan bahwa kasih Kristus identik dengan garansi kenyamanan hidup, poin yang disampaikan Paulus di sini mungkin terdengar aneh dan kurang menyenangkan. Bagi Paulus, kasih Kristus tidak selalu berarti menghindarkan kita dari segala macam kesusahan dan penderitaan. Kasih Kristus tidak selalu berbentuk kelepasan dari semua hal-hal buruk tersebut. Jangankan sekadar bahaya atau kesengsaraan, kematian pun tetap bisa menimpa kita (ayat 35). Kita seharusnya memahami bahwa aman di dalam kasih Tuhan tidak identik dengan ketiadaan pergumulan atau penderitaan dalam kehidupan kita.

Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita merasa terpisah dari Allah? Apa yang membuat kita merasa terpisah dari Allah? Ingatlah bahwa surat ini ditulis oleh seorang yang tidak luput dari penderitaan dan penganiayaan, demi imannya kepada Kristus. Dalam penderitaannya, ia mempersaksikan kehadiran Allah dan memberikan sebuah kesaksian iman yang dahsyat: “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”(ayat 39). Biarlah ini tidak hanya menjadi keyakinan rasul Paulus, tetapi juga menjadi keyakinan kita sebagai pengikut Kristus. Amin.

Pdt. Yoel Ang (GKI Denpasar)

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
13 Orang Membaca