MEMPERGUNAKAN SETIAP MOMENTUM
Dipublikasikan pada 21 Januari 2024
4 min baca

Bacaan: Markus 1:14-20

Hari demi hari kita lalui dengan berita-berita tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Ada beragam berita yang tersaji, mulai tentang isu-isu utama yang diperjuangkan hingga tentang gerakan-gerakan khas yang dilakukan para Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden untuk menarik perhatian calon pemilih. Gelontoran berita ini menunjukkan pada kita bahwa para Calon Presiden dan Wakil Presiden memiliki tim sukses (Tim Nasional Pemenangan – Timnas, Tim Kampanye Nasional – TKN dan Tim Pemenangan Nasional – TPN) yang handal mempergunakan setiap momentum yang ada di masa kampanye ini. Oleh karena itu kita patut memerhatikan dan menyikapi dengan bijak setiap berita yang ada. Bersyukur bahwa ada sebuah website bernama bijakmemilih.id yang menyediakan informasi seputar isu, partai politik, dan kandidat presiden yang relevan untuk membuat keputusan di Pemilu 2024. Website bijakmemilih.id tergolong sebagai sumber yang netral (/independen) karena tidak tergabung atau terhubung dengan salah satu calon ataupun partai tertentu. Marilah kita sempatkan untuk melihat website semacam ini sebagai bentuk mempergunakan setiap momentum yang ada untuk menyiapkan diri menentukan pilihan masing-masing pada 14 Februari 2024 mendatang.

Mempergunakan setiap momentum memang perlu dilakukan setiap pribadi. Sebab tidak selalu momen itu tersedia dalam hidup ini. Dalam bacaan Injil pada Minggu ini Yesus mempergunakan momen perjumpaannya dengan para nelayan di kawasan Galilea. Pada momen tersebut, Yesus memanggil beberapa diantara nelayan itu untuk menjadi pengikut-Nya. Yesus tentu tidak memanggil mereka dengan segudang janji yang menggiurkan. Sebab Yesus memanggil mereka untuk ikut Dia. Ikut Yesus adalah sebuah ajakan untuk menjalani kehidupan keseharian Yesus. Dengan mengikuti Yesus, para pengikut-Nya akan belajar mengenai gaya hidup benar dan kudus a la Yesus Kristus. Sebuah gaya hidup yang membuat para pengikut itu memiliki gaya hidup baru, bahkan berbeda 180 derajat dari kehidupan mereka selama ini.

Panggilan Yesus bagi para nelayan itu adalah sebuah panggilan yang sederhana namun penuh kuasa. Sebab mereka kemudian bersegera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Memang sangat mungkin mereka telah mendengar kisah tentang Yesus sebelumnya, tetapi kekuatan kuasa kasih Yesus jelas terasa dalam kisah ini. Para penjala ikan itu kemudian memasuki sebuah perjalanan baru sebagai penjala manusia. Menjadi “penjala manusia” dalam Markus ini bukan berarti mereka akan berkarya menangkap sesama manusia untuk dikumpulkan sebanyak-banyaknya. Sebab menjadi penjala manusia sesungguhnya berarti mereka harus berkarya untuk mendapatkan sesamanya kemudian mengarahkan mereka kepada kehidupan (yang lebih baik – dalam kebenaran Kristus).

Panggilan ini merupakan panggilan untuk menuntun, mendukung, memelihara, menguatkan seseorang agar ia bisa melanjutkan hidup sebagai manusia yang utuh dan terus bertumbuh dalam iman dan hidup keseharian. Ibu Teresa dari Kalkuta merupakan sosok nyata seorang pengikut Kristus yang berkarya menjala manusia. Karena Ibu Teresa telah menjala mereka yang tersisih untuk dijadikan manusia yang bermartabat sesuai hakikatnya – dicipta menurut gambar dan rupa Allah.

Bila di momen ulang tahun ke-69 GKI Emaus ini kita menggumulkan kisah Injil ini, maka setiap kita pun dipanggil Tuhan menggunakan setiap momentum dalam hidup kita untuk menjala sesama manusia di sekitar kita. Di tengah keseharian kita, kita dapat memberi ruang, mencipta kondisi agar setiap orang dihargai dan dicintai hingga berdaya untuk terus hidup merasakan kasih Yesus Kristus yang menangkap namun sekaligus memberi kelegaan. Mari kita mempergunakan setiap momentum yang ada, agar gereja kita, keluarga kita, lingkungan kita merasakan indahnya hidup a la Yesus Kristus.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
12 Orang Membaca