MEMANUSIAKAN MANUSIA
Dipublikasikan pada 24 Desember 2022
2 min baca

Bacaan: Lukas 2:1-14, 15-20

... dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan .... (Luk. 2:7)

Setiap kali kita merayakan Natal, kita tidak pernah lupa meletakkan sebuah palungan di pusat dekorasi Natal. Namun, palungan yang kita pakai sebagai dekorasi natal adalah palungan imitasi. Memang ada kayu, bambu, dan jerami kering di sana, tetapi tidak ada sisa-sisa makanan binatang yang menjijikkan. Tidak ada pula kotoran binatang yang bau, atau kutu binatang yang merayap di sana sini.

Yesus tidak lahir dalam palungan imitasi. Ia lahir di palungan asli yang kotor dan menjijikkan. Dengan itu, Ia ingin menunjukkan solidaritasnya pada mereka yang tersisih dan disingkirkan, tidak pernah diajak jalan-jalan, dan tidak pernah diundang menghadiri pesta di hotel-hotel mewah. Seandainya Ia lahir di Bait Allah yang suci atau di istana Raja Herodes yang mewah, maka para gembala tidak mungkin hadir menemui-Nya. Inilah cara Tuhan memanusiakan manusia. Ia menjadikan hidup-Nya bagian dari kehidupan manusia dan hidup manusia bagian dari kehidupan-Nya.

Pertanyaan yang harus kita renungkan ialah apakah kita sudah mengikuti teladan-Nya? Setiap hari kita mungkin bertemu dengan tukang kebun atau karyawan cleaning service di kantor, atau bertemu ibu-ibu penjual makanan di depan pagar gereja; setiap minggu kita mungkin bertemu dengan saudara-saudara seiman yang berbaju lusuh. Lantas, apakah kita benar-benar tahu siapa mereka? Kain lampin dan palungan adalah lambang dari orang-orang ini. Sudahkah kita memanusiakan mereka?

DOA:

Ya Tuhan Sang Palungan Hina, mampukan kami meneladani cinta kasih-Mu untuk memanusiakan orang-orang kecil. Amin.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
14 Orang Membaca