JADI SAKSI DAN BERSAKSI
Dipublikasikan pada 11 Agustus 2024
3 min baca

Bacaan: Yohanes 6:35, 41-51

Tema minggu ini mengingatkan saya pada sosok Alm. Bapak J. Kadarusman semasa hidupnya. Mendiang adalah seorang yang gemar bersaksi saat menerima perkunjungan di rumahnya. Hal yang dipersaksikannya adalah pengalaman beliau dipanggil Tuhan untuk turut serta melayani di GKI Emaus. Mendiang biasa memulai kesaksiannya dengan berkata: “Saya adalah pelaku sejarah, ya! pelaku sejarah GKI Emaus.” Dari kesaksian mendiang, saya merenung bahwa seorang yang bersaksi pasti sudah pernah punya pengalaman menjadi seorang saksi [sebagaimana arti kata saksi dalam KBBI : orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa (kejadian)].

Hari ini kita membaca bagian Injil Yohanes yang menjadi kelanjutan dari peristiwa Yesus menegur mereka yang mencari-Nya. Sebagaimana kita renungkan Minggu lalu, mereka ditegur Yesus karena lebih mengarahkan fokus mereka pada roti (materi) yang Yesus berikan bagi mereka daripada berfokus pada Yesus. Kegagalan fokus mereka ini membuat mereka menjadi saksi mata akan kehadiran Yesus Sang Roti Hidup, namun tak dapat bersaksi bahwa Yesus adalah Sang Roti Hidup yang memberi hidup kekal. Malahan, sebagian mereka menjadi sosok-sosok yang meragukan kebenaran bahwa Yesus adalah Sang Roti Hidup. Itu semua karena mereka terpaku melihat Yesus sebagai anak dari Yusuf dan Maria. Mereka membatasi pengalaman mereka sebagai saksi karena merasa sudah tahu (kalau bukan merasa si paling tahu).

Oleh karena itu, sebagai umat Yesus Kristus kita yang terus diberi kesempatan menjadi saksi dari perbuatan-perbuatan-Nya seharusnya tidak terpaku dengan yang kelihatan saja. Sebagai umat Kristus kita harus bergerak dengan fokus yang tepat agar dapat mengalami hadir-Nya Sang Roti Hidup. Mengalami Yesus Kristus sejatinya adalah pengalaman melihat tanda-tanda dari Kristus sebagai cara-Nya menuntun kita pada pengenalan makin mendalam tentang Dia sendiri Sang Roti Hidup. Bila kita sungguh berfokus mengenal Yesus, maka kita akan merasakan kenyang dan nikmatnya hidup bersama Sang Roti Hidup.

Kini, mari ingat pengalaman saat Anda kenyang dan menikmati sebuah hidangan. Saya yakin di saat Anda menjadi kenyang dan menikmatinya, Anda tak akan betah menahan diri, alias akan langsung membagikan pengalaman kenyang nan nikmat (baca:bersaksi) pada orang-orang di sekitar kita.

Maka selanjutnya, ingatlah pengalaman saat kita berjalan dalam naik dan turun, suka dan duka, pahit dan manisnya kehidupan bersama Kristus. Rasakan kembali Sang Roti Hidup yang memberi hidup. Hidup seperti apa? Hidup berpengharapan meski padat pergumulan, hidup yang tetap aktif di tengah sepinya aktivitas perdagangan, hidup sebagai abdi dari Tuhan yang Hidup. Setelah merasakannya lagi, bersaksilah! Jangan ragu!, Alm. Pak Kadarusman sudah mengerjakannya, kini bagian kita. Mungkin kesaksian kita terasa terbatas, tapi bukankah yang terbatas itu dapat dipakai Sang Roti Hidup untuk menjawab “kelaparan” orang-orang di sekitar kita?!

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
6 Orang Membaca