KEBENARAN MENGUNGKAP KESALAHAN
Dipublikasikan pada 14 Juli 2024
4 min baca

Bacaan: Markus 6:14-29

Hari-hari ini kita adalah orang-orang yang berlimpah informasi. Berbagai macam informasi terkini dapat kita akses dengan mudah. Informasi apapun dapat kita temukan hanya dengan menggulirkan (swipe up) laman dari situs ataupun media sosial. Saking banyaknya informasi, terkadang kita harus menerima informasi yang salah atau bohong. Akhirnya, tak jarang ada orang yang berbagi informasi di grup whatsapp-nya lalu diberi keterangan: “Ibu, Bapak, Teman-teman, tolong saya, dong. Info ini betul atau hoaks, ya?” Lantas akan ada teman yang merespons dengan penjelasan. Kebiasaan saling mengkonfirmasi di grup whatsapp ini baik, sekaligus menandakan bahwa kita adalah orang-orang yang suka dengan kebenaran, dan tidak suka pada kesalahan/ kebohongan.

Akan tetapi, dalam kehidupan ini kita akan bertemu dengan orang-orang yang suka dengan kebenaran, menginginkan kebenaran, namun tak selalu siap menerima kebenaran. Lihat saja apa yang dikisahkan oleh bacaan Injil hari ini. Herodes Antipas adalah seorang raja yang menikahi adik iparnya, Herodias yang sudah memiliki putri bernama Salome. Pilihan ini membuat mereka melanggar hukum Taurat yang tertulis dalam Imamat 18:16 “Janganlah kausingkapkan aurat isteri saudaramu laki-laki, karena itu hak saudaramu laki-laki.” dan Imamat 20:21 “Bila seorang laki-laki mengambil isteri saudaranya, itu suatu kecemaran, karena ia melanggar hak saudaranya laki-laki, dan mereka akan tidak beranak.” Oleh karena itu, Yohanes Pembaptis menyampaikan tegurannya. Ia menegur atas dasar keprihatinannya melihat kebobrokan moral Herodes sebagai pemimpin. Yohanes Pembaptis ingin mengungkap kesalahan Herodes Antipas dan mengundangnya hidup dalam kebenaran.

Kebenaran yang dinyatakan Yohanes Pembaptis bukan hanya mengungkap kesalahan tapi juga mendatangkan kemarahan dalam diri Herodes Antipas dan Herodias. Akhirnya kita tahu apa yang terjadi pada Yohanes Pembaptis, yakni dipenggal. Herodias dan Herodes menjadi contoh pribadi-pribadi yang tidak siap menerima kebenaran, sebab kebenaran mengungkapkan adanya kesalahan pada diri mereka.

Bila demikian yang terjadi, bukankah kebenaran tak ubahnya sebuah obat. Di satu sisi, obat pasti mengobati dan memulihkan, demikian pula kebenaran pasti mengobati dan memulihkan kehidupan seorang berdosa. Di sisi lain, obat tak jarang menjadi sesuatu yang pahit, membuat orang yang meminumnya terganggu, menolaknya, bahkan memuntahkannya kembali. Demikian pula dengan kebenaran, tak jarang menjadi sesuatu yang pahit, sebab yang menerimanya dapat terganggu, hingga menolaknya, dan menyingkirkannya. Itulah mengapa, sampai hari ini pun masih ada Herodes dan Herodias masa kini. Masih ada orang yang menolak kebenaran. Ada pula orang yang mau menerima kebenaran tetapi sebagian saja. Banyak pula orang yang sengaja melewatkan/ menyingkirkan kebenaran itu, sebagaimana kecenderungan mereka dalam membaca informasi di media sosial. Bahkan, kita juga masih bisa melihat bahwa disekitar kita ada orang/ kelompok yang memilih menyingkirkan seseorang/ sekelompok lain karena sudah menyuarakan kebenaran yang mengoreksi. Oleh sebab itu, sampai hari ini berita kebenaran masih harus terus disuarakan.

Selain itu, kesadaran ini menggiring kita untuk merenung. Apakah kita sendiri sudah siap menerima kebenaran firman Tuhan? Seberapa sering kita sudah berupaya menghidupi kebenaran? Ataukah kita lebih terbiasa memilah dan memilih kebenaran bahkan menyingkirkan kebenaran manakala itu mengganggu kenyamanan diri? Perenungan ini kiranya menolong kita untuk makin bisa dan berani menerima kebenaran, sebab kebenaran akan menolong memulihkan hidup kita.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
12 Orang Membaca