BERKATA-KATA DALAM PIMPINAN ROH
Dipublikasikan pada 19 Mei 2024
4 min baca

Bacaan: Kisah Para Rasul 2: 1-21

”Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan…kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (ay.4, 11).

Wow! Sederhana, lugas dan jelas: isi dari berkata-kata dalam pimpinan Roh adalah perbuatan-perbuatan besar Allah. Itu berarti isinya bukan tentang diri sendiri, bukan semaunya sendiri, apalagi perihal membesarkan diri sendiri. Dia harus makin bertambah, ku harus makin berkurang.

Para murid memiliki latar belakang sebagai orang-orang yang lemah. Narasi Injil memperlihatkan mereka yang pada umumnya merupakan nelayan kecil dan terbatas dalam hal pendidikan. Petrus adalah seorang pengecut yang “gampang” menyangkal Yesus saat ada ancaman. Tomas seorang yang suka ragu-ragu. Nyali para murid terbilang kecil. Mereka tidak mempunyai keberanian ketika Yesus ditangkap, diadili dan disalibkan. Mereka kabur, melarikan diri. Tiga tahun mengikut Tuhan Yesus, namun mereka belum mampu mengenal-Nya secara penuh. Dengan kondisi seperti ini, mereka bukanlah orang yang kompeten untuk menjalankan tugas pemberitaan Injil. Asal-usul mereka sebagai orang Galilea juga meragukan banyak pihak (ay.7). Warga Yahudi kosmopolitan (perantauan) menganggap mereka sebagai orang yang tidak berpendidikan dan secara budaya terbelakang

Syukurlah, Yesus tahu bahwa manusia, termasuk murid-murid-Nya dapat berubah ke arah yang lebih baik. Itulah sebabnya Ia memercayakan Injil kepada mereka. Bagaimana caranya? Allah memperlengkapi mereka dengan Roh Kudus, “Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus”. Semasa hidup dan pelayanan-Nya, Yesus sudah menjanjikan penolong yaitu Roh Kudus yang akan membantu para murid. Yesus tahu bahwa para murid lemah dan terbatas, sementara pekerjaan pembertitaan Injil bukanlah tugas yang ringan. Oleh karena itu, pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan memenuhi semua murid.

Lalu, apa yang terjadi? Para murid yang hari-harinya hanya bisa berbahasa aram, dimampukan oleh Roh Kudus untuk berbicara dalam bahasa asing yang dapat dimengerti oleh para perantau yang datang di Yerusalem. Para murid yang semula penakut dan peragu, mampu bersaksi tentang perbuatan-perbuatan besar Allah di dalam Yesus Kristus di bumi. Roh Kudus memimpin para murid untuk dapat menyampaikan kata-kata yang penuh wibawa kasih dan kuasa. Mereka yang kecil memberitakan Allah yang besar dan segala perbuatan besar-Nya.

Pentakosta menjadi momentum di mana Roh Kudus mematahkan pandangan bahwa orang-orang yang terbatas dan berbatas tak bisa menjadi pembawa Injil. Roh Kudus memampukan mereka untuk melakukan pekerjaan Tuhan yang luar biasa. Petrus melakukan pelayanan dari Yerusalem hingga kota Roma, yang jaraknya 2.800 km. Tomas melayani dari Yerusalem hingga ke India, yang jaraknya 4.500 km. Mereka juga rela kehilangan nyawa ketika memberitakan Injil. Roh Kudus menolong mereka untuk memahami bahwa mandat pemberitaan Injil lebih berharga dari nyawa mereka

Injil harus disampaikan ke semua bangsa menggunakan bahasa sebagai titik tolak untuk menjangkau perbedaan bahasa dan etnis. Pentakosta menjadi solusi bagi keragaman, bahwa Injil tidak dikungkung dalam satu kelompok. Kebaikan dan kebesaran Tuhan harus kita saksikan kepada semua orang. Dan ini hanya dimungkinkan bila Roh Kudus menguasai hati, pikiran dan perasaan kita. Roh Kudus akan menuntun kita untuk memilih kata-kata yang menghasilkan “bahasa dan buah Roh”.

“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun…supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia (Ef.4:29).

*Pdt. Setyahadi

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
13 Orang Membaca