Bacaan: Yesaya 5:1-7
Tema kita hari ini adalah keluarga yang berbuah manis.
Banyak orang berpikir bahwa keluarga mereka berbuah manis karena anak-anaknya sudah dibaptis, rajin ke gereja, hafal banyak ayat Alkitab, ikut dalam berbagai kegiatan gerejawi, dll. Padahal kenyataannya belum tentu demikian.
Ada sebuah perusahaan yang menolak untuk memiliki karyawan yang bergereja di gereja tertentu, karena sudah beberapa kali memiliki karyawan yang adalah anggota gereja tersebut dan mereka sering izin tidak masuk kerja dengan alasan ada kegiatan gereja.
Jadi, memiliki predikat sebagai umat Allah, aktif di gereja, hafal ayat Alkitab, bahkan memiliki pengetahuan teologi yang mendalam saja, ternyata tidak cukup untuk membuat kita dan keluarga kita berbuah manis.
Itulah yang terjadi dengan umat Israel. Mereka digambarkan sebagai kebun anggurnya Tuhan. Sebagaimana pemilik kebun anggur memperlakukan kebun anggurnya dengan perawatan khusus, demikian juga Tuhan telah memperlakukan umat-Nya:
- Memilih mereka dan menjadikan mereka umat-Nya, serta mengikat perjanjian dengan mereka.
- Memberikan tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madunya, atau dalam bahasa Jawa, gemah ripah loh jinawi.
- Melindungi dari musuh-musuh mereka dan memelihara mereka dengan segala sesuatu yang terbaik.
Tentu saja dengan harapan bahwa kebun anggur tersebut akan menghasilkan buah yang manis. Namun ternyata buah yang mereka hasilkan asam:
- Mereka memang sejak kecil telah belajar Taurat, tetapi kehidupan mereka sehari-hari tidak berbeda dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah: hidup bagi kesenangan diri sendiri, tamak, tidak adil, dll.
Anggur yang asam tidak berguna, dan tidak ada jalan lain, kecuali dimusnahkan dan diganti dengan benih yang baru.
Agar kita dan keluarga kita menghasilkan buah yang manis, mari kita tidak berhenti hanya dengan menjadi orang Kristen yang tahu firman Tuhan melainkan melakukannya dalam kehidupan nyata setiap hari. Aktif di gereja itu baik tetapi tanggung jawab di dalam keluarga dan masyarakat tidak boleh dilalaikan. Menikmati berkat Tuhan tentu tidak salah tetapi jangan lupa untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Kiranya Tuhan menolong kita dan keluarga kita untuk bukan hanya tahu firman Tuhan tetapi menghidupinya dalam setiap aspek, agar dengan demikian kita dan keluarga kita bisa menghasilkan buah yang manis bagi kemuliaan Tuhan.
Amin.