KASIH KARUNIA PENYOKONG EMAUS PEKA
Dipublikasikan pada 02 Januari 2022
6 min baca

Selamat…Selamat…dan Selamat! Terpujilah Tuhan dan diberkatilah kita semua!

Ada tiga (3) kata selamat yang sungguh layak kita syukuri dalam perjalanan kehidupan kita. Pertama, tentu selamat tahun baru. Tahun baru adalah anugerah dari Tuhan. Tuhan memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk kita menjalani kehidupan di tahun 2022. Kedua, selamat ulang tahun GKI Emaus. Kebaktian perdana GKI Emaus berlangsung pada hari Minggu, 2 Januari 1955 di GGS Pregolan Bunder. Dengan demikian, tepat pada hari ini, Minggu 2 Januari 2022, GKI Emaus memasuki usia yang ke-67 tahun. Ini ulang tahun kita bersama selaku persekutuan Jemaat Tuhan. Ketiga, selamat merayakan Perjamuan Kudus di pembuka tahun 2022. Di dalam dan melalui Perjamuan Kudus ini, kita merayakan persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus yang menyelamatkan dunia. Ketiga “momen selamat” ini tak dapat dipisahkan dari kasih karunia yang Allah curahkan kepada kita. “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yoh.1:16). Hanya karena kasih karunia, kita dapat memasuki dan menjalani tahun yang baru. Hanya karena kasih karunia, kita dapat merayakan kehidupan selaku gereja-Nya dan memasuki usia ke-67 tahun. Hanya karena kasih karunia, kita diundang dan dilayakkan untuk duduk di seputar meja perjamuan kudus dan mengambil bagian dalam perjamuan kudus ini. Di dalam ketiga momen selamat ini, kita telah dan akan terus menerima bukti kebaikan hati Allah berupa kasih karunia demi kasih karunia yang senantiasa menaungi kehidupan kita.

Kata “kasih karunia” muncul empat (4) kali di pembuka Injil Yohanes (ay.14,16,17). Selanjutnya tidak perlu muncul lagi karena seluruh isi Injil Yohanes adalah kasih karunia. Berita utama Injil Yohanes memang berfokus pada tema tentang kasih Allah kepada umat-Nya di dalam Yesus Kristus. Hal inilah yang membuat Injil Yohanes juga disebut sebagai Injil cinta kasih. Di dalamnya, ia menyampaikan tentang cinta kasih Allah yang tiada batas di dalam Yesus Kristus, Sang Firman yang menjadi manusia, yang membawa terang ke dalam dunia yang gelap. Cinta kasih yang mewujud dalam tindakan keselamatan. Semua berpusat pada Yesus. Allah yang hadir melalui-Nya, Firman yang menjadi daging (manusia), dan Allah yang mau menunjukkan relasi secara utuh dengan manusia meskipun salib menjadi konsekuensinya.

Di dalam Yesus Kristus, Allah bukan hanya menyatakan kemanusiaan Yesus tetapi juga keilahian-Nya yang dinyatakan dalam ayat 14, yaitu penuh kasih karunia dan kebenaran. Di dalam kepenuhan-Nya, ada anugerah yang berlimpah, yang diungkapkan Yohanes dalam ayat 16: kasih karunia demi kasih karunia (Yun: charin anti charitos). Pengertian dari kalimat “kasih karunia demi kasih karunia” bukan berarti bahwa anugerah itu datang bertubi-tubi. Sebab dalam bahasa Yunani, kata “anti” yang berarti “ganti”, ingin menunjukkan gambaran tentang betapa “kasih karunia” berganti “kasih karunia”. Apa yang menggantikan kasih karunia yang telah diterima adalah juga kasih karunia, bukan hal lain yang buruk. Barclay menggambarkan bagian ini, bahwa setiap anak-anak Tuhan merasalan keajaiban yang satu akan membawa kepada keajaiban yang berikutnya. Itu berarti bahwa kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus itu selalu baru dan selalu berganti sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak-anak-Nya.

Melalui Firman Tuhan hari ini, kita disadarkan kembali betapa Allah sangat mengasihi umat-Nya. Dia tidak pernah berhenti memelihara. Kita menerima kasih karunia hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun. Kita menerimanya sepanjang hidup kita. Inilah kekuatan kita dalam menjalani kehidupan. Kata kuncinya adalah kehadiran Allah secara penuh di dalam Yesus Kristus. Sebab itu, jangan pernah berpikir bahwa Allah sudah tidak megasihi. Hidup terkadang memang memperhadapkan kita dengan berbagai persoalan, kesulitan dan masalah, namun percayalah bahwa Allah sudah dan akan terus mengasihi kita. Kasih karunia demi kasih karunia-Nya adalah bukti nyata atas kasih Allah kepada kita. Maka, apa pun wujud kehidupan yang harus kita jalani, jalanilah bersama Yesus. Kita dikasihi-Nya! Lihatlah, betapa kasih karunia demi kasih karunia masih selalu dilimpahkan-Nya kepada kita. Kasih karunia-Nya akan terus menyokong kita untuk mewujudkan diri sebagai GKI Emaus yang PEKA (peduli, adaptif dan kreatif). Salam, hai engkau (GKI Emaus) yang dikaruniai! Amin.

*Pdt. Setyahadi

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
24 Orang Membaca