SPIRITUALITAS BARU
Dipublikasikan pada 18 Januari 2023
2 min baca

Bacaan: Matius 9:14-17

“Tetapi anggur yang baru disimpan orang di dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” (Mat. 9:17)

Mengapa Anda berpuasa? Mengapa Anda memberi persembahan? Mengapa Anda pergi ke gereja untuk beribadat kepada Allah? Bukankah Allah tidak membutuhkan semua itu? Pertanyaanpertanyaan yang tajam ini menggugat dan menggugah kesadaran beragama. Kerap ritual agama dipraktikan, tetapi tanpa “api”. Semua dijalankan hanya sebagai rutinitas.

Yesus Kristus sendiri menggugat dan menggugah cara beragama yang formalistik dan ritualistik. Dalam konteksnya di waktu itu, banyak orang beragama mengejar kesalehan yang kemudian dipeluk dengan penuh kesombongan. Karena itu, tidak heran ada orang yang merasa sudah saleh kemudian menjadi pendakwa atas orang lain. Yesus mengajarkan mereka untuk tidak sekadar berpuasa atau berdoa. Bentuk-bentuk kesalehan itu harus didasari dan diisi oleh esensi. Apa esensinya? Spiritualitas yang terpaut pada kemurahan Allah di dalam Kristus. Kemurahan Allah di dalam Kristus inilah yang menjadi anggur baru, yang membutuhkan juga kantong baru atau bentuk pengungkapan baru.

Forma atau bentuk tanpa esensi akan menjadi basi, tidak berarti. Demikian juga dengan doa, puasa, dan berbagai ritual yang rutin dilakukan. Tanpa penghayatan akan kemurahan Allah di dalam Kristus, semua ritual itu akan berubah menjadi formalisme yang angkuh. Dengan penghayatan akan spiritualitas baru di dalam Kristus, orang percaya didorong untuk memunculkan juga bentuk-bentuk ibadah yang lebih baru dan relevan.

REFLEKSI:

Kemurahan Allah di dalam Kristus adalah api yang membuat kita beribadah dengan rendah hati dan mendorong kita menjadi berarti.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
4 Orang Membaca