MENTAL ANTI SUAP
Dipublikasikan pada 26 Januari 2023
2 min baca

Bacaan: Ulangan 16:18-20

Janganlah memutarbalikkan keadilan, ... dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. (Ul. 16:19)

Suap atau gratifikasi adalah fenomena yang lazim terjadi di daerah dan negara yang tidak maju. Praktik suap itulah salah satu faktor yang menyebabkan munculnya ketidakpercayaan dan ketidakmajuan. Suap bisa terjadi dari hal yang kecil dan mungkin dipandang biasa. Misalnya, memberikan tip bagi petugas saat membuat KTP, padahal petugas itu sudah digaji.

Saat memberi perintah untuk mengangkat hakim-hakim, Tuhan memberikan peringatan tegas bagi bangsa Israel supaya mereka mengangkat hakim atau pemimpin yang berintegritas. Salah satunya dibuktikan dengan mental anti suap. Mengapa? Pertama, karena suap membuat buta. Orang yang tadinya terlihat bijak akan menjadi buta ketika membuka diri menerima suap. Nurani mereka akan tumpul. Kedua, mereka [yang menerima suap] akan memutarbalikan perkataan. Yang benar akan dibilang salah, yang salah akan dikatakan benar. Bayangkan, seorang pemimpin atau hakim mengadili dengan cara seperti itu. Maka, ketidakadilanlah yang akan menjaya. Karena itu, mereka harus mencari pemimpin bersih.

Peringatan Tuhan bagi Israel itu relevan untuk kita. Penegakan hukum di Indonesia tidak bisa berjalan baik disebabkan oleh suap-menyuap. Praktik ini terjadi dalam banyak bidang. Inilah yang membuat kita sulit untuk maju. Harus ada perubahan mental, dan hal itu mesti dimulai dari diri sendiri. Kita mesti menyadari betapa ngerinya dampak suap sehingga kita sejak dini harus membangun mental dan budaya yang anti suap.

REFLEKSI:

Mental anti suap adalah cerminan dari pribadi yang berintegritas. Kita membutuhkannya untuk menjadi negara dan masyarakat yang maju.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
4 Orang Membaca