HIDUP SEBAGAI BATU HIDUP
Dipublikasikan pada 07 Mei 2023
3 min baca

Bacaan: 1 Petrus 2:2-10

“Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” (1 Petrus 2:5)

Perjalanan kehidupan manusia tentu telah melalui proses pertumbuhan di dalamnya. Baik itu sejak kecil hingga dewasa maupun sampai memasuki usia lanjut. Dalam proses pertumbuhan tersebut, ada banyak hal yang telah ditanamkan, seperti hal-hal baik bagi kehidupan. Namun, ketika perjalanan hidup dirasa tidak baik-baik saja, seperti mulai merasakan suatu guncangan yang hebat sehingga dapat membuat diri kita tersandung kepada hal-hal yang buruk, bagaimana? Rasanya jelas, jika setiap kita tidak ingin terjatuh ke dalam batu sandungan tersebut dan ingin terus tetap memiliki pegangan yang teguh kepada batu yang hidup.

Gambaran sebagai batu yang sungguh hidup itu terlihat ada di dalam diri Yesus Kristus. Rasul Petrus menyampaikan hal tersebut karena ingin memperlihatkan mengenai ketahanan, kekuatan, layaknya bangunan kokoh yang dimiliki oleh Yesus. Dia sebagai dasar kehidupan kita yang kokoh. Terlebih, Yesus Kristus sebagai batu penjuru bagi umat manusia, meyakinkan kita agar di dalam menjalani kehidupan dapat memaknainya sebagai batu yang hidup. Ingat, sebagai orang-orang percaya, kita adalah batu-batu yang hidup. Batu yang hidup menggambarkan diri kita sebagai batu yang aktif untuk menyatakan kasih dan kebaikan.

Umat Tuhan yang terkasih, hidup sebagai batu hidup mendorong setiap kita untuk memaknai kehidupan ini yang juga senantiasa memiliki kesetiaan, ketaatan, serta selalu berpegang pada Firman-Nya sehingga tidak membuat diri kita untuk terjebak ke dalam hal-hal yang buruk. Allah yang telah mempercayai kehidupan kita sebagai batu hidup meyakinkan diri untuk juga dapat membangun kehidupan rohani yang begitu kuat layaknya pondasi bangunan yang kokoh dihadapan-Nya. Sebagai batu yang hidup juga akan menyadarkan kita sebagai umat yang dipercayakan oleh Allah untuk terus dipakai memberikan keindahan hidup bagi kehidupan bergereja, bermasyarakat, layaknya susunan batu pada bangunan yang indah. Alhasil, sebuah hal-hal yang baik akan terlihat dan tidak menjadikan diri kita sebagai batu sandungan.

DOA:

Tuhan, mampukanlah kami agar dapat memaknai diri sebagai batu yang hidup untuk terus menebarkan kasih dan kebaikan yang sesuai dengan keinginan-Mu. Amin.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
19 Orang Membaca