BAHAGIA DENGAN DAMAI
Dipublikasikan pada 29 Januari 2023
2 min baca

Bacaan: Matius 5:1-12

“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat. 5:9)

“Bahagia itu kita yang bangun”. Ungkapan ini mungkin sudah sangat familiar di antara kita. Benar saja, kalau kita ingin bahagia, kitalah yang harus menciptakannya. Meski memang ukuran bahagia itu bisa saja berbeda-beda. Ada yang merasa bahagia kalau punya harta. Ada yang bahagia kalau meraih takhta. Namun, jauh lebih indah kalau kita bahagia selamanya.

Selamanya berarti kita bahagia dalam waktu yang lama, panjang, dan itu tidak ditentukan oleh hal-hal yang sifatnya sementara seperti harta dan takhta. Yesus mengajarkan dan memberikan standar bahagia yang kekal. Salah satunya adalah kalau manusia membawa damai. Orang yang membawa damai itu disebut sebagai anak-anak Allah. Anak-anak Allah tentu tidak dapat dirampas oleh dunia. Mereka tidak bisa dimakan oleh zaman. Masalah bisa saja datang bertubi-tubi, tetapi mereka bisa merasa tentram dan memancarkan keteduhan dalam hidup bersama. Sebab, mereka punya Bapa dan sesama tidak dipandang sebagai seteru, tetapi sebagai saudara yang dipeluk dengan cinta Bapa.

Dalam konteks Indonesia yang sangat majemuk, yang rentan di-obok-obok dengan politisasi SARA, rasanya nasihat Yesus ini menjadi penting untuk kita hidupi. Dalam realitas konflik, bahkan kekerasan, kita terus didorong untuk menghadirkan damai. Rupanya, itulah jalan bagi kita untuk mewujudkan hidup yang bahagia, baik secara personal maupun sosial. Bahagia itu memang kita yang bangun dengan damai.

REFLEKSI:

Damai dibutuhkan bukan hanya saat ada konflik. Damai adalah kebutuhan eksistensial manusia. Tanpanya, kita menjadi tidak manusiawi.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
9 Orang Membaca