HIDUP RENDAH HATI DI BAWAH TANGAN TUHAN
Dipublikasikan pada 21 Mei 2023
6 min baca

Bacaan: 1 Petrus 4:12-14; 1 Petrus 5:6-11

Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. (1 Pet. 5:6-7)

Berminggu-minggu sudah kita berbicara tentang penderitaan yang dialami dan dihadapi oleh manusia. Mengapa kita begitu gencar membahas tentang penderitaan? Apakah pada dasarnya sebagai manusia kita patut menderita? Apakah penderitaan merupakan natur seorang manusia dalam hidupnya?

Surat 1 Petrus membantu kita untuk memiliki sudut pandang orang percaya yang menerima kasih anugerah Allah. Penulis surat 1 Petrus dalam 1 Pet. 4:12 mengatakan, “janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian..” Penulis surat ini hendak menegaskan kepada pembaca pertama (termasuk kita yang membaca kemudian) untuk tidak terkaget-kaget dan kebingungan ketika kita sedang bergumul dengan masalah yang membuat kita merasa “menderita.” Penderitaan adalah hal yang wajar, lumrah, dan bisa sangat mungkin terjadi dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Malah sebaliknya, penulis surat 1 Petrus menegaskan untuk bersukacitalah, apalagi ketika penderitaan yang dialami terjadi karena kita tetap berusaha untuk melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita.

Dalam hal ini, penulis surat 1 Petrus bukan hendak mengatakan bahwa Tuhan adalah penyebab penderitaan ini. Penderitaan yang dialami adalah bagian dari kehidupan kita sebagai orang percaya. Penderitaan menjadi bagian dari perjalanan iman kita kepada Allah. Di dalam penderitaan itu diri kita ditempa dan diasah, untuk menjadi makin dekat dengan-Nya atau justru menjauhkan diri dari-Nya dan berusaha menyelesaikan semua sendirian. Penulis pun mengingatkan pembaca surat ini, ingatlah bahwa Kristus pun menderita ketika Ia menebus dosa-dosa kita dan memberikan kita hidup yang baru. Oleh karena itu, ketika mengalami penderitaan di dalam kebenaran yang kita pertahankan, sebenarnya kita sedang melatih diri untuk menjadi serupa dengan Kristus. Bukankah itu panggilan bagi setiap kita, orang percaya yang sudah ditebus dosanya dan diselamatkan?

Meskipun demikian, penulis surat 1 Petrus menyadari, menderita bukanlah hal yang indah untuk dijalani. Ada kalanya kita akan merasa kelelahan, muak, bahkan menyerah dengan penderitaan yang kita alami. Oleh karena itu, penulis surat 1 Petrus juga memberikan kita sebuah kiat khusus dalam menghadapi penderitaan. Kiat khusus tersebut dapat kita temui dalam 1 Pet. 5:6-11, yaitu merendahkan diri kita di bawah tangan Tuhan, menyerahkan segala kekuatiran kita, memiliki iman yang teguh, serta berjaga-jaga akan setiap godaan yang mungkin datang. Pernyataan penulis surat ini menjadi menarik. Di tengah penderitaan kita, yang diperlukan justru kerendahan hati, mengakui kelemahan kita di hadapan Tuhan, dan menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan. Apakah menjadi orang yang rendah hati dan mengakui kelemahan berarti menjadi penakut dan menyerah dengan keadaan?

Justru sebaliknya! Lawan kata dari rendah hati adalah sombong. Sebenarnya, orang yang sombong adalah orang yang penakut. Mengapa? Karena orang yang sombong selalu berusaha menunjukkan eksistensi dirinya, ia selalu berusaha mendapatkan pengakuan dari orang lain. Orang sombong takut bahwa ia tidak mendapatkan pengakuan dari orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu, sebelum orang lain “mengakuinya”, ia lebih dulu menyatakan pengakuan tentang dirinya sendiri di hadapan orang banyak. Hidup orang sombong justru diisi dengan ketakutan. Di sisi yang lain, orang yang rendah hati justru adalah pemberani! Mengapa? Karena dibutuhkan keberanian untuk mengakui kelemahan dan keterbatasannya. Orang yang rendah hati tidak akan mencari pengakuan tentang dirinya sendiri. Orang yang rendah hati menyadari bahwa segala hal baik yang ia miliki ada bukan karena usaha dirinya sendiri. Orang yang rendah hati mengerti bahwa tidak semua hal bisa ia kerjakan sendiri.

Hal ini juga berlaku ketika kita mengalami penderitaan dan memiliki masalah. Ketika menghadapi penderitaan, orang yang sombong akan berlomba-lomba untuk menunjukkan dirinya lah yang paling menderita. Orang sombong tidak akan berhenti mengeluh dan akan terus berusaha mengandalkan kekuatannya sendiri. Sedangkan orang yang rendah hati akan memiliki sikap yang lain. Ketika menghadapi penderitaan, orang yang rendah hati akan mengakui bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Orang yang rendah hati dengan berani menyadari bahwa dirinya tidak akan mampu melakukan segala sesuatu tanpa pertolongan Tuhan. Orang yang rendah hati berani untuk membuka diri dan hati pada kuasa Tuhan yang lebih besar untuk membantunya menghadapi setiap penderitaan yang ada.

Ketika menghadapi penderitaan, penulis surat 1 Petrus mengajak kita semua untuk menjadi pemberani dengan memiliki kerendahan hati di hadapan Tuhan dan mengakui bahwa hanya Tuhan yang mampu memelihara kita dan menguatkan kita. Ajakan ini semakin jelas dalam 1 Pet. 5:10, bahwa Allah yang adalah sumber segala kasih karunia dan yang telah memberikan kita keselamatan adalah Allah yang sama yang akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan kita setiap saat, bahkan dalam penderitaan sekalipun.

Pilihannya ada di tangan kita, mau menjadi penakut (sombong) atau pemberani (orang yang rendah hati)?

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
14 Orang Membaca