MEMILIH JALAN KEMULIAAN
Dipublikasikan pada 17 Maret 2024
4 min baca

Bacaan: Yeremia 31:31-34; Yohanes 12: 20-33

”Sekarang jiwa-Ku terguncang dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini (Yoh.12:27), merekam pergulatan batin Yesus dalam rangka membuat pilihan untuk lari atau tetap menempuh jalan salib. Memilih memang merupakan salah satu aktivitas kehidupan. Dari yang sederhana hingga yang kompleks. Ada pilihan yang mudah, ada pula pilihan yang pelik dan tidak mudah. Tipikal pilihan yang sulit dan membutuhkan pergumulan yang berat inilah yang Yesus sedang sedang hadapi.

Yesus adalah teladan dalam membuat pilihan dan keputusan yang tepat karena Ia memahami benar maksud kedatangan-Nya ke dunia ini. Yesus memiliki tujuan hidup yang jelas. Yesus memahami benar maksud kedatangan-nya, Ia mengerti ketika saatnya telah tiba untuk dimuliakan yakni dengan menempuh jalan penderitaan dan kematian. Yesus menyongsong penderitaan dan kematian-Nya sebagai saat untuk dimuliakan dan ditinggikan agar dapat menarik semua orang datang kepada-Nya dan menyatakan kasih Allah bagi segala bangsa.

Yesus memilih jalan kemuliaan dalam bentuk penderitaan dan kematian. Sekalipun demikian, jalan ini bukanlah tragedi yang terjadi di luar kendali Allah. Pilihan Yesus menunjukkan bahwa penderitaan dan kematian yang akan dialami Yesus bukanlah korban dari kejahatan manusia pada waktu itu, melainkan wujud kesediaan Yesus untuk memuliakan nama Bapa-nya (Yoh.12:28). Yesus mengetahui bahwa saat itu telah tiba, sehingga Ia menempuh jalan penderitaan itu dalam ketaaatan. Yesus menggambarkan diri-Nya seperti biji gandum yang harus mati supaya kemudian menghadirkan kehidupan. Ini jalan agung dan mulia. “Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, karena Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak mengingat-ingat lagi dosa mereka” (Yer.31:34). Di sinilah keunikan kasih Yesus. Ia memperagakannya dengan sempurna dan kemudian mengajarkannya kepada kita agar hidup dalam ketaatan kepada Allah di tengah aneka macam pilihan.

Oleh karena Yesus memilih jalan kemuliaan, terdengarlah suara dari surga: “Aku telah memuliakannya dan Aku akan memuliakannya lagi” (Yoh.12:28). Sebuah penghargaan surgawi yang menggema oleh karena kebesaran kasih Yesus, yang mestinya membuat kita takjub. Mengapa? Sebab kebesaran kasih itu ditempuh dengan jalan derita dan kematian. Tidakkah kita rindu dan digerakkan untuk menceritakan kebesaran kasih Yesus ini?

Filipus dan Andreas telah menjadi contoh bagaimana mereka “menarasikan” kebesaran kasih Yesus. Mereka memberi respon dan mengambil peran dalam rangka menyambut orang-orang Yunani yang datang untuk beribadah pada hari raya itu. Orang-orang Yunani tersebut ingin melihat Yesus. Sebuah keinginan mulia yang direspon dengan sikap dan tindakan mulia dari Filipus dan Andreas. Dalam hal ini Filipus dan Andreas telah memperlihatkan pilihan jalan kemuliaan. Mereka menolong orang-orang Yunani untuk mengenal Yesus dan kebesaran kasih-Nya. Bagaimana bila keinginan seperti ini disampaikan kepada kita, para utusan Sang Sabda pada zaman ini? Filipus dan Andreas dulu juga pernah diminta Yesus membagikan makanan bagi orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti-Nya (Yoh.6). Ini semakin menegaskan pilihan jalan kemuliaan yang diperankan oleh Filipus dan Andreas. Tentu saja, contoh ini selayaknya mengispirasi kita semua.

Perkenalan diri Yesus pasti akan semakin berlimpah buahnya bila semakin banyak orang yang mau memilih jalan kemuliaan dengan memperkenalkan Yesus dan membagikan kebesaran kasih Yesus kepada banyak orang. “….bila Yesus ditinggikan, dan salib-nya dibritakan, pasti Dia menarik semua orang datang kepada-nya sekarang”. Amin.

*Pdt. Setyahadi

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
6 Orang Membaca