KASIH YANG INKLUSIF
Dipublikasikan pada 05 Mei 2024
4 min baca

Bacaan: Kisah Para Rasul 10:44-48

Sebagai orang Kristen terkadang kita lupa bila Allah memanggil dan memakai kita utk menunjukkan kemuliaan-Nya di hadapan orang-orang banyak. Kita lebih suka dengan bentuk2 kegiatan yg lebih menumbuhkan iman kita tetapi kita lupa bila kedewasaan iman diberikan Allah agar orang-orang di sekitar kita bisa merasakan kasih, kehangatan, kemurahan hati Yesus dalam perilaku kita. Oleh karena itu, kita akan belajar mengenai kasih yg inklusif yang merupakan bentuk kasih yang melibatkan semua orang. Menerima orang yang berbeda agama, berbeda ras, berbeda budaya, atau bahkan teman kita yg berbeda perilaku itu sulit karena perbedaan pola pikir, pola asuh, tumbuh kembang, lingkungan seorang bertumbuh di satu tempat dengan tempat yg lain berbeda. Tidak menutup kemungkinan juga bila antar saudara yang masih satu darah dan satu pola asuhpun sulit menerima perbedaan perilaku. Meskipun belakangan ini kita sering mendengar banyak khotbah yg menyampaikan agar kita mengasihi orang-orang disekitar kita dan bahkan firman yg kita baca juga mengingatkan bahwa Allah mengasihi semua orang termasuk orang yg berbeda dari kita, namun kenyataannya kita masih sulit menerima orang yg berbeda dari kita bahkan masih sering berkonflik dengan mereka. Pertanyaannya bagaimana kita bisa mengasihi orang yang berbeda dari kita?

Pertama, mengasihi itu menganggap penting orang yang berbeda. Kasih Allah bagi orang lain ditunjukkan Allah kepada Petrus dengan kehadiran Roh Kudus sebagai konfirmasi. Sebelumnya, Petrus cukup bergumul karena dalam benak pikiran Petrus (dan 12 murid lainnya) memahami bila mereka harus menginjil dari Yerusalem ke Yudea lalu Samaria sampai ke ujung bumi. Namun pola pikir mereka saat itu berpikir bila mereka harus menginjil ke Yerusalem terlebih dahulu dan mereka menginjil ke Yudea, setelah Yerusalem dipenuhi petobat baru, dan begitu juga seterusnya. Tetapi uniknya cara pikir Petrus diinterupsi oleh Tuhan tidak harus Yerusalem dulu yang dipenuhi oleh orang-orang percaya dan barulah mereka dapat berpindah tempat karena bagi Allah semua orang di segala tempat itu sama pentingnya. Kehadiran Roh Kudus juga turun ke atas orang-orang seisi rumah Kornelius juga merupakan konfirmasi bila Allah mengasihi orang-orang di luar Yahudi. Dari momen ini kita belajar bahwa mengasihi itu mengenai fokus hidup kita yang kita arahkan kepada orang lain. Seringkali kita lebih fokus untuk berbuat apa daripada melihat motivasi hati kita. Kita lebih suka berpikir aksi apa yang saya buat dimana hal tersebut tidaklah salah, tetapi kita perlu juga mengoreksi apakah tindakan tersebut lahir karena untuk kepentingan orang lain atau agenda kita. Maka mari kita koreksi hati kita dan mintalah anugerah Tuhan supaya Ia dapat memampukan kita mengasihi setiap orang termasuk orang yang berbeda dengan kita.

Kedua, mengasihi itu merangkul perbedaan. Setelah Roh Kudus turun ke atas seisi rumah Kornelius, Petrus tidak menawarkan mereka untuk disunat supaya masuk dalam komunitas tubuh Kristus. Malahan Petrus membaptis mereka agar mereka merasakan apa yang dialami orang jemaat Yerusalem dalam peristiwa pentakosta. Petruspun mau tinggal bersama Kornelius dan orang-orang seisi rumahnya selama beberapa hari karena Petrus mau merangkul status perbedaan Kornelius dan orang-orang seisi rumahnya. Dalam perjalanan berelasi, kita pasti menemukan perbedaan-perbedaan antara satu orang dengan yang lainnya namun kita diajak untuk merangkul perbedaan tersebut. Seringkali kita sulit sekali merangkul perbedaan karena kita masih merangkul kebenaran yang kita anggap benar daripada memaklumi perbedaan/kelemahan yang dilakukan orang tersebut dan bermurah hati menerima kelemahan orang lain. Maka mari kita belajar untuk menerima atau merangkul perbedaan orang lain, sambil meminta kemurahan Tuhan sehingga kita terus dapat mengasihi semua orang termasuk orang yang berbeda dari kita.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
12 Orang Membaca