TUMBUH ATAU TIDAK TUMBUH ?
Dipublikasikan pada 16 Juni 2024
4 min baca

Bacaan: Markus 4:26-34

Di pastori (tempat tinggal Pendeta/HT) Kupang Indah, terdapat sebuah pohon mangga. Pohon mangga ini tumbuh dengan baik, ditandai dengan batangnya yang besar dan daunnya yang rimbun. Sayangnya, setelah kurang lebih tiga tahun kami berada di pastori, pohon mangga ini tak kunjung berbuah. Malahan, kami melihat pohon ini diserang hama. Oleh karena itu, kami meminta bantuan rekan untuk memangkas hama dan sebagian pohon mangga tersebut. Mungkin ada yang bertanya: “Mengapa tak ditebang habis saja?” Sebenarnya, kami sudah ingin melakukan penebangan pohon mangga itu. Satu-satunya alasan pohon mangga ini tidak di tebang karena pohon ini cukup rindang sehingga memberi kesejukan bagi kami. Maka kami pertahankan pohon mangga itu. Kami alihkan fokus kami dari buah kepada kerindangan dari pohon itu, maka kami mulai beri “teman-teman” untuknya yaitu tanaman-tanaman lain, menyiramnya lebih sering dan merapikan ranting-rantingnya bila mulai menjulur ke arah genting.

Hingga bulan lalu tiba dan kami melihat munculnya bunga-bunga di beberapa ranting. Kami gembira namun segera menata harapan supaya tidak kecewa, sebab selama ini bunga-bunga itu tak berkembang menjadi buah. Sungguh ajaib, ternyata kali ini berbeda, bunga-bunga itu menjadi sekumpulan kecil buah-buah. Buah-buah itu terus bertumbuh meski tak banyak, namun percayalah rasanya enak. Pengalaman kami dengan pohon mangga di pastori ini membuat kami tersadar bahwa memelihara tumbuhan tak selalu berbicara tentang buahnya, tetapi lebih kepada bagaimana tumbuhan itu bertumbuh dengan baik. Bila pertumbuhannya baik maka ia dapat berarti, entah dengan jalan berbuah ataupun dengan jalan menjadi pohon yang rindang memberi kesejukan.

Cerita di atas memiliki keserupaan dengan perumpamaan yang disebutkan dalam Markus 4:26-34. Perumpamaan di Markus 4:26-29 menyebut bahwa Kerajaan Allah seumpama seorang yang menabur benih. Setelah ia menabur, penabur itu tak tahu bagaimana pertumbuhan benih itu terjadi. Penabur itu kemudian melihat bahwa pertumbuhan itu terjadi bahkan menghasilkan buah. Dari sini kita melihat bahwa perkara pertumbuhan dan buah itu ternyata bukan fokus dari perumpamaan ini. Perumpamaan ini mau mengajar bahwa yang utama adalah kesetiaan untuk berkarya. Sebagai penabur maka fokus karyanya adalah setia menabur dan menuai. Pertumbuhan dan buah adalah anugerah dari Tuhan. Penekanan ini berlanjut pula dengan Markus 4:30-34, saat Yesus menjelaskan bahwa adakalanya benih itu tumbuh besar tetapi bukan pohon yang berbuah. Maka tak perlu mengharapkan munculnya buah. Benih itu “hanya” perlu terus bertumbuh. Bila terus bertumbuh maka pohon itu pasti akan jadi berkat bagi sekitar – dalam perikop ini bagi burung-burung.

Maka hari ini kita sedang diundang untuk kembali menata fokus diri dalam kehidupan kita bersama dengan Tuhan. Marilah kita berfokus pada perkara-perkara yang Tuhan percayakan untuk kita kerjakan. Kerjakan semua yang dipercayakan Tuhan pada kita dengan setia. Kesetiaan berkarya dan bertumbuh dalam Tuhan akan membuat kita bertemu dan merasakan anugerah-anugerah Tuhan. Adakalanya kita akan dianugerahi buah dari pertumbuhan kita. Tetapi adakalanya pula kita dianugerahi teman-teman seperjalanan yang mampir berteduh di rumah kita atau kantor kita atau gereja kita. Amin.

Tuhan Yesus menumbuhkan kita bersama.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
13 Orang Membaca