Bacaan: Lukas 21:25-36
Hari-hari ini kecemasan menjadi kenyataan yang semakin sering kita jumpai dalam hidup. Ini dimulai dari dunia yang menuntut kita untuk selalu kuat, siap, dan berhasil dalam segala hal. Ketika kita merasa kewalahan, gagal memenuhi ekspektasi, atau terjebak dalam ketidakpastian, kecemasan sering kali muncul, menguasai hati dan pikiran kita. Di tengah hidup yang dipenuhi dengan kecemasan ini, bagaimana kita dapat merasakan kehadiran Tuhan?
Dalam Lukas 21:25-26, Yesus menggambarkan keadaan dunia yang kacau dan menakutkan: ada tanda-tanda di langit, guncangan di bumi, dan bangsa-bangsa yang dilanda kecemasan. Ini menunjukkan bahwa kecemasan adalah respons manusiawi terhadap situasi yang tidak menentu. Namun, Yesus tidak membiarkan kecemasan menjadi akhir cerita. Di ayat 28, Ia mengundang kita untuk "bangkit dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." Maka pertama-tama kita dapat melihat bahwa kecemasan adalah realita yang diterima (bukan harus disingkirkan / diabaikan). Akan tetapi, dalam kecemasan rasakan Tuhan hadir dan bekerja membawa pengharapan.
Berikutnya, perhatikan Yesus memanggil kita untuk "tahan berdiri di hadapan Anak Manusia" (ayat 36). Bagi banyak orang, terutama mereka yang bergumul dengan kecemasan, seruan ini mungkin terasa berat, seolah Tuhan meminta kita menjadi kuat tanpa cela. Namun, Yesus tidak menuntut kekuatan mutlak dari kita. Sebaliknya, Dia mengundang kita untuk berjaga-jaga dan berdoa, karena kekuatan sejati berasal dari Allah. Ketahanan itu adalah karunia, bukan hasil usaha manusia semata.
Agar kita dapat terus merasakan kekuatan dari Tuhan, Yesus mengingatkan agar hati kita tidak "sarat dengan pesta pora, kemabukan, dan kepentingan duniawi" (ayat 34). Dalam kecemasan, kita sering kali tergoda mencari pelarian sementara, seperti hiburan atau pengalihan perhatian, yang hanya memberi ketenangan sesaat. Sebaliknya, Yesus menawarkan kedamaian sejati melalui kehadiran-Nya. Kehadiran Tuhan di tengah situasi yang sulit menguatkan kita untuk melangkah dengan tenang, bahkan ketika dunia terasa kacau.
Ibu, Bapak, Saudari dan Saudara, di Minggu Adven Pertama ini kita bersama diajak menerima kecemasan sebagai bagian dari hidup yang tidak dapat kita hindari. Bersamaan dengan itu kita diberi pengharapan bahwa kita tidak perlu menghadapinya sendirian. Dalam Lukas 21:25-36, Yesus mengundang kita untuk merasakan kehadiran-Nya di tengah badai hidup. Dia hadir untuk menopang kita, memberi kekuatan ketika kita lemah, dan menanamkan pengharapan bahwa penyelamatan-Nya nyata.
Saat kehadiran Tuhan sudah kita rasakan. Lalu kita mengalami damai sejahtera dari-Nya, kita juga dipanggil untuk menyatakan kehadiran Tuhan kepada orang lain. Kita dapat menjawab panggilan itu dengan menjadi sahabat yang menguatkan, menghibur, dan membawa kasih Allah kepada mereka yang bergumul dengan kecemasan. Maka, teruslah berjaga-jaga dan berdoa, merasakan damai dalam kehadiran Tuhan, dan menyatakannya dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian, kecemasan tidak akan menguasai hati kita, karena kita tahu bahwa Allah hadir, bekerja, dan membawa keselamatan. Amin.